Middle East and African Student (MEAS) perceptions of Islam and Islamic moderation: A case study

Abstract

Islamic Moderation is such a fundamental concept that without it understanding faith is inadequate at best. Muslims are required by definition of the term ‘Muslim’ to remain on the middle path in everything pertaining to the life ways. They must not overstep the bounds (tafrit) and become trapped in the extremist quagmire (ifrat). As an Islamic doctrine par excellence, moderation inherently finds solutions for injustice and the violation of human rights. Nonetheless, some schools of Islamic thought (madhhabs) attend extremist ideology, particularly those of Middle East and African savour. These have spread a frightful spirit of intolerance throughout the world that has indelibly blackened Islam’s image by choosing to deny Islam’s characteristic spirit of moderation. In so doing, they marginalize any proper implementation of authentic Islam and block all corrective political discourse. Militant radicals clearly neglect moderation as a doctrinal position that is traditionally essential to the creed. This paper presents a broad exposure to Islam’s middle path with a focus on 192 respondents in a survey taken by Middle Eastern and African students (MEAS) studying in Malaysia. Qualitative and quantitative approaches were used to achieve four significant findings indicating these students do not understand the nature of being a good Muslim. Moderasi Islam adalah konsep fundamental yang tanpa pemahaman keimanan tidak akan memadai. Muslim diharuskan menurut definisi istilah ‘Muslim’ untuk tetap berada di jalan tengah dalam segala hal yang berkaitan dengan cara hidup. Mereka tidak boleh melewati batas (tafrit) dan terjebak dalam ranah ekstrimis (ifrat). Sebagai doktrin Islam par excellence, moderasi secara inheren menemukan solusi untuk ketidakadilan dan pelanggaran hak asasi manusia. Meskipun demikian, beberapa mazhab fikih (madhhab) mengikuti ideologi ekstremis, terutama yang bercita rasa Timur Tengah dan Afrika. Ini telah menyebarkan semangat intoleransi yang mengerikan ke seluruh dunia yang telah menghitamkan citra Islam dengan memilih untuk menyangkal semangat moderasi khas Islam. Dengan melakukan itu, mereka memarjinalkan penerapan Islam otentik yang tepat dan memblokir semua wacana politik korektif. Kaum radikal militan jelas mengabaikan sikap moderat sebagai posisi doktrinal yang secara tradisional penting bagi keyakinan. Makalah ini menyajikan paparan yang luas tentang jalan tengah Islam dengan fokus pada 192 responden dalam survei yang diambil oleh siswa Timur Tengah dan Afrika (MEAS) yang belajar di Malaysia. Pendekatan kualitatif dan kuantitatif digunakan untuk mencapai empat temuan penting yang menunjukkan bahwa para siswa ini tidak memahami hakikat menjadi seorang Muslim yang baik.