Discussions on Tawassul have been done by scholars since antiquity. However, the diversity of beliefs that have emerged lately including the existence of the 'Selawat Perdana' and ‘Malam Cinta Rasul’ phenomenon that was brought by Habib group causing discussion on this issue to become warm again. Among the expressions introduced by the Habib group in their occasion were al-Madad Ya Rasulullahwhich in that expression includes the practice of Tawassul with the dead and Tawassul with the word Madad.What is more alarming is that the Islamic community is so easy to accept the practices introduced by Habib group because of their position as the descendants of the Prophet. Hence, this paper is produced to re-evaluate the arguments submitted by the Habib group in defending the practice of Tawassul with the dead and with the word of Madad. This study is a qualitative study using case study method where the data collection process is done through content analysis and internet studies. Meanwhile, the data analysis process is done through descriptive, thematic and comparative approaches. The findings show that the arguments posed by some of the Habib's groups against these two issues were not strong and thus the necessity of the practices was also questioned. The results of this study have important implications for the Muslim community to evaluate whether the Tawassul practices highlighted by the Habibians are in accordance with the law or otherwise.Pembicaraan tentang masalah Tawassul telah dilakukan oleh para ulama sejak jaman dahulu. Namun, keragaman keyakinan yang muncul akhir-akhir ini termasuk keberadaan fenomena 'Selawat Perdana' dan 'Malam Cinta Rasul' yang dibawa oleh kelompok Habib menyebabkan diskusi tentang masalah ini menjadi hangat lagi. Di antara ekspresi yang diperkenalkan oleh kelompok Habib dalam kesempatan mereka adalah al-Madad Ya Rasulullah yang dalam ungkapan itu termasuk praktek Tawassul dengan orang mati dan Tawassul dengan kata Madad. Yang lebih mengkhawatirkan adalah bahwa komunitas Islam begitu mudah untuk menerima praktik yang diperkenalkan oleh kelompok Habib karena posisinya sebagai keturunan Nabi. Oleh karena itu, makalah ini dibuat untuk mengevaluasi kembali argumen yang diajukan oleh kelompok Habib dalam membela praktik Tawassul dengan orang mati dan dengan kata Madad. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus dimana proses pengumpulan data dilakukan melalui analisis isi dan studi internet. Sementara itu, proses analisis data dilakukan melalui pendekatan deskriptif, tematik dan komparatif. Temuan menunjukkan bahwa argumen yang diajukan oleh beberapa kelompok Habib terhadap dua masalah ini tidak kuat dan dengan demikian perlunya praktik juga dipertanyakan. Hasil penelitian ini memiliki implikasi penting bagi komunitas Muslim untuk mengevaluasi apakah praktik Tawassul yang disorot oleh Habibian sesuai dengan hukum atau sebaliknya.
CITATION STYLE
Amiruddin, N. A., & Othman, F. M. (2018). ANALISIS MODEL PENDALILAN GOLONGAN HABIB: AMALAN TAWASSUL DENGAN ORANG MATI DAN TAWASSUL DENGAN PERKATAAN MADAD. Al-Banjari : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Keislaman, 17(2), 201. https://doi.org/10.18592/al-banjari.v17i2.1557
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.