Keberadaan Pandita Bali Aga dengan sebutan “Dusun” di Kota Denpasar adalah fenomena yang menarik karena hanya ada empat pasang dari banyak keturunan Sulinggih Bali dari Majapahit. Sulinggih ini melaksanakan kewajiban membayar sebanyak sulinggih-sulinggih lainnya, meskipun sistem patron-klien (Siwa-sisya) masih berlaku. Pandita Bali Aga juga membangun keberadaan dan perannya dalam pendidikan agama umat Hindu di Kota Denpasar. Keberadaan mereka dalam pendidikan agama dibangun melalui fungsinya sebagai satyawadi, aapta, patirthan, dan penadahan upadesa. Perannya dalam pendidikan agama juga termasuk mendorong kesejahteraan jasmani dan rohani, menyelesaikan upacara yajna, melaksanakan yajna berdasarkan literatur, membimbing pinandita, mengikuti paruman sulinggih, dan memberikan bimbingan agama. Arti keberadaan dan peran Pandita Bali Aga dalam pendidikan agama Hindu adalah Sang Patirtaning Jagat, loka pala sraya, dan Sang Adi Guru Loka. Keberadaan dan peran Pandita Bali Aga dalam pendidikan agama Hindu memadukan pengetahuan, keteladanan, dan layanan keagamaan yang sejalan dengan teori fungsionalisme struktural dan pendidikan konstruktivis sehingga keberadaannya harus disamakan dengan sulinggih-sulinggih lainnya.
CITATION STYLE
Sukrawati, N. M. (2019). EKSISTENSI DAN PERANAN PANDITA BALI AGA DALAM PENDIDIKAN KEAGAMAAN UMAT HINDU DI KOTA DENPASAR. Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama Dan Kebudayaan, 19(1), 79–84. https://doi.org/10.32795/ds.v10i1.338
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.