Daerah Aliran Sungai (DAS) Poso merupakan salah satu daerah penangkapan ikan sidat, memiliki luas 1.101,87 km2 dan panjang ± 68,70 km. Ikan sidat di perairan Poso merupakan komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi (harga Rp.100.000,-/kg) dan menjadi primadona hasil tangkapan. Ikan sidat yang hidup di DAS Poso terdapat 5 jenis, yaitu A. marmorata, A. bicolor pasific, A. celebensis, A. borneensis dan A. interioris. Saat ini telah terjadi penurunan produksi induk maupun glass eel ikan sidat di DAS Poso disebabkan oleh penangkapan yang belum memperhatikan faktor kelestarian dan keberlajutannya seperti penangkapan yang berlangsung tidak hanya pada saat induk ikan sidat yang beruaya ke laut tapi juga glas eel yang menuju ke danau. Pembangunan PLTA pada alur Sungai Poso mengganggu ruaya ikan sidat yang mengakibatkan terputusnya ruaya ikan sidat dari dan ke Danau Poso yang berakibat hilangnya ikan sidat di Danau Poso. Berkaitan dengan permasalahan ini maka populasi sumberdaya ikan sidat perlu dijaga keberlanjutannya dengan cara mengintegrasikan aktivitas penangkapan dengan pembudidayaan, oleh karena itu diperlukan kebijakan yang menetapkan peraturan terkait dengan penangkapan yang menggunakan alat tangkap ramah lingkungan serta diintegrasikan dengan pembudidayaan. Kajian kebijakan ini bertujuan untuk merumuskan kebijakan tentang integrasi aktivitas penagkapan dengan pembudidayaan untuk berkelanjutan ikan sidat di DAS Poso. The watershed of Poso River is one of anguillid eel fishing areas. This watershed has an area of 1,101.87 km2 and length ± 68.70 miles. The anguillid eel is a commodity that has a high economic value (IDR 100,000 / kg) and has an excellent catches. There are 5 types of eels that live in the watershed of Poso, they are: A. marmorata, A. bicolor pacific, A. celebensis, A. borneensis and A. interioris. The decreased production of anguillid parent and glass eels in the watershed of Poso is a result from the capture that had not yet noticed the preservation and sustainability factors, such as the capture that took place not only at the time of sea migration phase (the parents), but also on the lake migration phase (the glass eels), as well as Poso river damming for hydropower purpose. The decrease in the production of glass eel and parent eels in the watershed of Poso is also caused by fishing activities that have not been integrated with cultivation. There is a need of a regulation for fishing by using environmentally friendly fishing gears as well as the integration with cultivation. This paper aims to formulate policy on integration of capture and cultivation for sustainable catch of anguillid eels in the watershed of Poso.
CITATION STYLE
Watupongoh, N. N. J., & Krismono, K. (2015). KEBIJAKAN TENTANG INTEGRASI AKTIVITAS PENANGKAPAN DENGAN PEMBUDIDAYAAN UNTUK KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA IKAN SIDAT (Anguilla spp) DI DAS POSO. Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia, 7(1), 37. https://doi.org/10.15578/jkpi.7.1.2015.37-44
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.