Kucing domestik betina berumur satu tahun bernama Kesi datang ke Rumah Sakit Hewan Jakarta (RSHJ) dengan keluhan wajah yang membengkak. Anamnesa yang didapat dari pemiliknya bahwa hewan terlihat lesu, sehingga pemiliknya memberikan Decolgen® pada Kesi sehari sebelumnya. Kelainan yang paling umum diamati pada pemeriksaan fisik dari kucing adalah: tingkat pernapasan meningkat, pucat-berlumpur selaput lendir, hipotermia, dan takikardia. Tanda-tanda lain adalah depresi, anoreksia, muntah, wajah dan cakar membengkak, air liur, diare, koma dan kematian. Dari temuan klinis dan anamnesa pemilik didapati bahwa hewan mengalami keracunan paracetamol. Prognosa yang didapat dari kasus adalah dubius apabila segera ditangani dan infausta apabila tidak segera ditangani. Pemberian paracetamol pada kucing tidak disarankan karena dapat berakibat fatal pada kucing. Pemberian acetylcysteine pada Kesi bertujuan untuk membantu kucing dalam pembentukan glutathione seluler. Setelah dilakukan pengobatan selama 3 hari, terlihat adanya kemajuan yang dapat diamati dari mukosa yang sudah tidak membengkak dan mukosa sudah tidak berwarna pucat lagi. Setelah 4 hari pengobatan, hewan sudah diperbolehkan untuk dibawa pulang oleh dokter.
CITATION STYLE
Wijaya, P. J. K., Wulansari, R., Hamdi, H., Mihardi, A. P., & Maylina, L. (2018). Keracunan paracetamol pada kucing lokal. ARSHI Veterinary Letters, 2(2), 39–40. https://doi.org/10.29244/avl.2.2.39-40
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.