mbaran kertas kuno hasil dari warisan budaya masa lampau. Muhammad Sahrur dan para pemikir Islam kontemporer yang lain melihat banyak keleHermeneutika adalah perangkat pemahaman teks. Ia bisa digunakan sebagai alat untuk memahami segala teks, termasuk al- Qur’an yang diasumsikan oleh sebagian besar umat Islam sebagai teks sentral sebagai rujukan dan panduan hidup. Sudah barang tentu, keberadaan al-Qur’an haruslah bisa diterapkan dalam segala ruang dan waktu. Pesan Tuhan yang dibakukan dalam mushaf al-Qur’an harus selalu didialekkan dengan pemahaman intelegensi manusia. Jika tidak, maka al-Qur’an hanya akan menjadi lemahan dalam metodologi penafsiran yang dikembangkan oleh mufassir-mufassir klasik yang memberlakukan teks al-Qur’an secara pasif dan rigid, tidak menempatkan teks dalam dialektika konteks dan kontekstualisasinya. Sehingga kenyataan ini menyebabkan pemahaman umat Islam akan pesan Tuhan tidak bisa menyeluruh. Oleh karenanya, menurut Sahrur diperlukan metode, pendekatan, prosedur, dan pisau analisa baru yang bisa mengisi celah-celah kebuntuan metodologis umat Islam ketika hanya berpegang pada seperangkat ilmu tafsir tradisional. Tidak berlebihan, jika hermeneutika ala Sahrur kemudian menjadi alternatif baru model pembacaan dalam upaya menggali dan memahami pesan Tuhan yang tertera dalam al- Qur’an dan teks-teks keagamaan yang lain.
CITATION STYLE
Fateh, M. (2017). HERMENEUTIKA SAHRUR: (Metode Alternatif Interpretasi Teks-Teks Keagamaan). RELIGIA, 13(1). https://doi.org/10.28918/religia.v13i1.171
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.