Tujuan pendidikan bukanlah sekadar menciptakan siswa, murid, atau peserta didik yang memiliki kecerdasan dan keterampilan hidup, melainkan juga memiliki akhlak, karakter, dan budi pekerti yang baik. Akan menjadi catatan tersendiri bagi siswa yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi, namun ia tidak mampu berinteraksi dengan baik terhadap orang di sekelilingnya. Oleh karena itu, perlu penanaman budi pekerti di lingkungan sekolah, khususnya pada aspek akhlak kepada sesama, salah satunya melalui pembiasaan berbahasa Jawa krama alus. Bahasa krama alus secara struktur tersusun atas kosakata krama dan krama inggil/ krama andhap. Krama inggil digunakan oleh mitra tutur (02) dan yang dibicarakan (03) sebagai bentuk penghormatan karena perbedaan kedudukan, usia, ataupun karena belum akrab. Kosakata krama andhap digunakan oleh penutur (01) sebagai upaya menghormati orang lain dengan cara merendahkan diri melalui pilihan kata tertentu. Strategi yang dapat diterapkan dalam membiasakan berbahasa krama alus di lingkungan sekolah adalah dengan penerapan metode drill (pengulangan Latihan), penyelenggaraan event rutin berbahasa Jawa (krama alus), serta penerapan prinsip 3M (mulai dari diri, mulai dari hal kecil, dan mulai dari sekarang). Sejumlah faktor yang menentukan keberhasilan program pembiasaan berbahasa krama alus di lingkungan sekolah antara lain komitmen dan keteladanan guru, pemahaman bahasa Jawa yang benar, ketersediaan sumber belajar, dan intensitas penerapan.
CITATION STYLE
Gunawan, E. (2024). Penanaman Budi Pekerti Melalui Pembiasaan Berbahasa Jawa Krama Alus di Lingkungan Sekolah. DIWANGKARA: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra Dan Budaya Jawa, 3(2). https://doi.org/10.60155/dwk.v3i2.378
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.