Ekoregion merupakan karakteristik penciri wilayah yang biasa digunakan untuk menilai potensi lahan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat sejauh mana ekoregion dapat digunakan untuk menilai kerentanan zona bencana banjir dan tsunami di Provinsi Banten. Penentuan zona kerentanan berbasis ekoregion dilakukan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) yang diimplementasikandalam bobot dan skor geoindikator. Geoindikator terpilihdalam penelitian ini merupakan hasil ekstraksi dari faktor pembentuk ekoregion. Langkah selanjutnya adalah penilaian zona bahaya berdasarkan kelas kerawanan (susceptibility) sedang sampai sangat tinggimenggunakanpendekatan parametrik. Hasil AHP menunjukkan bahwa bentuklahan merupakan geoindikator yang paling berpengaruh dalam penilaian zona kerawanan. Bobot geoindikator bentuklahan pada bencana banjir dan tsunami adalah 0.678 dan 0.605. Sementara geoindikator ekosistem dan komunitas vegetasiuntuk banjir bobotnya masing-masingadalah 0.150 dan 0.173,sedangkan untuk bencana tsunami,bobotnya masing-masing adalah 0.157 dan 0.237. Hasil analisis kerentanan banjir selanjutnya diuji dengan menggunakan indeks akurasi Kappa.Hasilnya menunjukkan korelasi lebih dari 81% antara hasil analisis dan kondisi eksisting. Adapun, uji akurasi analisis bahaya menunjukkan akurasi kurang dari 80%. Hasil analisis kerentanan bencana berbasis ekoregion dapat dimanfaatkan sebagai dasar pengembangan kawasan berbasis bencana, mengingat Indonesia adalah salah satu negara denganpotensi bencana alam tinggi.
CITATION STYLE
Husein, Z., Tjahjono, B., & Nurwajedi, N. (2017). ANALISIS ZONA BAHAYA BANJIR DAN TSUNAMI BERBASIS EKOREGION DI PROVINSI BANTEN. Jurnal Ilmu Tanah Dan Lingkungan, 19(2), 60–67. https://doi.org/10.29244/jitl.19.2.60-67
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.