Ruang-ruang komunikasi seperti mengenali diri, mengenal satu sama lain, berbagi cerita bahkan mendapatkan pasangan dirasa sangat terbatas bagi perempuan lesbian, ada ruang kebisuan. Ruang-ruang kebisuan coba untuk dibuka, ruang komunikasi disajikan oleh organisasi atau kelompok-kelompok lesbian yang hadir sejak tahun 1990 yang secara bergantian hilang dan tumbuh. Organisasi / kelompok-kelompok trangender perempuan (transpuan) yang hadir lebih awal yaitu di akhir tahun 1960an dan organisasi/ kelompok-kelompok gay hadir di tahun 1990an yang mendapatkan ruang dan kesempatan untuk berkembang lebih banyak dari pada lesbian dirasa tidak mampu menjadi rumah bagi kelompok lesbian. Paska reformasi dimana informasi terbuka lebar termasuk internet kemudian membawa angin baru bagi perempuan lesbian untuk menciptakan ruang-ruang aman, ruang mengakhiri kebisuan. Kadang ruang ini pun dilanjutkan dengan perjumpaan tatap muka. Tulisan ini menyajikan pengalaman lesbian atas ruang-ruang komunikasi virtual dengan menggunakan metode penelusuran pengalaman perempuan serta mendeskripsikan ruang-ruang tersebut. Hasil tulisaan ini menunjukan bahwa ruang-ruang komunikasi yang ada pada saat itu tidak dapat bertahan lebih lama, tidak berkelanjutan. Karena itulah sangat dibutuhkan ruang-ruang aman dan berkelanjutan bagi lesbian untuk terus dapat berekspresi, berbagi, dan untuk terus bisa didengar
CITATION STYLE
Rustinawati, Y. (2022). PENGALAMAN LESBIAN DALAM RUANG-RUANG KOMUNIKASI. Jurnal Pekommas, 7(2). https://doi.org/10.56873/jpkm.v7i2.4926
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.