Kepadatan penduduk yang kian bertambah seiring berjalannya waktu akan berdampak pada kepadatan bangunan dalam sebuah kota, hal ini menyebabkan sebuah bangunan selalu menyelesaikan permasalahnya sendiri (self-contained) dan terdapat ruang-ruang boros yang hanya digunakan pada waktu tertentu (wasted space). Melalui pendekatan desain Typological Urbanism oleh Sam Jacoby dan CM Lee diarahkan menggunakan metode tipologi untuk mengamati pola fungsi ruang dari tipologi yang berbeda, maka munculah sebuah objek rancang berisi fungsi ruang yang paling mendasar dari beragam bangunan. Konteks desain dengan adanya kemajuan teknologi mereduksi ruang menjadi lebih efisien dan sintesa ruang yang muncul bersifat komunal dimana manusia dapat melakukan aktivitas secara bersama. Dengan proyeksi di masa depan pada tahun 2040, Hub-Komunal mempunyai konsep pemusatan keterhubungan ruang komunal antar bangunan yang hanya mempunyai fungsi spesifiknya saja. Analisa pola dalam skala urban di masa kini dan mendatang menjadi penting untuk mengamati perbandingan pola transportasi, peruntukkan lahan maupun sirkulasi pada kawasan. Konsep transformasi bentuk lahan dan massa bangunan menerapkan metode superimposisi ketiga layer (pola) untuk menemukan bidang pemusatan dan menghubungkan akses objek rancang dengan fungsi spesifik di sekitar lahan. Perencanaan denah yang efektif dengan memusatkan alur sirkulasi ke satu titik untuk memfasilitasi mobilitas manusia yang tinggi. Kondisi ini dapat menghemat ruangan karena ruang komunal bisa saling berbagi antar fungsi spesifik.
CITATION STYLE
Zahra, A. P. N., & Antaryama, I. G. N. (2021). Depresiasi Skala Pola Desain Urban 2040 pada Arsitektur Hub-Komunal. Jurnal Sains Dan Seni ITS, 9(2). https://doi.org/10.12962/j23373520.v9i2.58546
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.