Abstrak Ada perbedaan prinsipil antara fikih dan tasawuf dalam tataran empirik. Fikih bercorak simbolistik, legalistik, eksoterik dan formalistik sehingga cenderung melihat sebuah tindakan dari syarat dan rukun, syah dan tidak syah. Sesungguhnya pemahaman yang demikian sepenuhnya tidaklah dapat diterima karena dimungkinkan keterbatasan memahami pesan dan substansi fikih itu sendiri. Fikih sebagai formulasi pemahaman terhadap pesan syariat yang berkaitan dengan perbuatan mukallaf, dari dalil-dalilnya yang bersifat rinci. Sementara itu, ada pula anggapan bahwa bertasawuf adalah identik dengan pola hidup asketis dan kepasrahan hidup statis. Padahal sebetulnya tidak demikian. Sebab tasawuf bercorak esoterik yang lebih berorientasi pada kedalaman spiritualitas dan mengutamakan pendekatan diri kepada Allah. Sebagai seorang Muslim, sudah barang tentu kaum sufi melaksanakan ritus-ritus Islam lainnya, yang maknanya mereka interpretasikan secara lebih mendalam. Bagi mereka, ritus-ritus ini menuju pada tidurnya jiwa dalam kepasrahan kepada Allah, atau bangunnya kalbu dalam menegaskan watak hakiki kemanusiannya. Karenanya, wudhu tidak sekadar membasuh kotoran lahiriah bahkan batiniah saja, melainkan juga penyucian kalbu min ma siwa Allah. Dengan demikian, setiap kaum sufi selalu menempuh jalan yang menurutnya keluar dari wilayah ego, berikut berbagai ektensi dan proyeksinya, menuju realisasi identitas esensialnya. [Empirically, fikih and sufism are different. Fikih has the symbolic character,
CITATION STYLE
Mas’ud, A. (2013). ANALISIS DAN MAPPING SYARIAH VERSUS TASAWUF MELALUI PENDEKATAN HISTORIS. Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman, 8(1). https://doi.org/10.21274/epis.2013.8.1.155-174
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.