Tourism on a skywalk is one of the phenomena of embodiment of recreational public spaces in the city. The city of Bandung, which has difficulty accomodating tourist movements due to the disporpotionate growth of tourists with road supplies, has implemented a skywalk project to overcome this problem. Skywalk Teras Cihampelas is the first elevated pedestrian path in Indonesia and quickly becoming the preffered tourist destination in Bandung. Skywalk Teras Cihampelas also become an example for other areas as a motivation for procuring pedestrian paths as public spaces and tourism destination. However, not long after its opening, many problems arose such as crime, damage to facilities and slums due to the procurement of tarpaulins which gradually made the skywalk lost its visitors. Many people regret this phenomenon and worry that the skywalk project has the potential to not meet its original goals and fail. The purpose of this research is to evaluate the barriers and improve the managements of skywalk that are oriented towards effective tourism. The method used are scoring based on pedestrian path standards and benchmarking to identify and study things that need improvement. Based on the result of the study, the main problem that became the obstacle was the poor management, especially in terms of finance, promotion, human resources and the difficulty of the bureaucracy in filing for improvement. Changes can be made by uniting opinions between the managements and preseting new innovations or attraction by following good examples from other skywalks. Keywords: pedestrian path ; skywalk ; tourism AbstrakWisata yang dilakukan pada skywalk merupakan salah satu fenomena perwujudan ruang publik rekreasi pada kota. Kota Bandung yang sudah jenuh akibat tidak sebandingnya pergerakan wisatawan dengan persediaan jalan menghadirkan pembangunan proyek skywalk untuk mengatasi masalah ini. Skywalk Teras Cihampelas adalah salah satunya, merupakan jalur pejalan kaki layang pertama di Indonesia dan dengan cepat menjadi destinasi wisata pilihan di Kota Bandung. Skywalk Teras Cihampelas juga menjadi contoh bagi wilayah lainnya sebagai motivasi pengadaan jalur pejalan kaki sebagai ruang publik rekreasi dan wisata. Namun tidak lama sejak peresmiannya, banyak masalah yang muncul seperti tindak kriminal, kerusakan fasilitas dan kekumuhan akibat pengadaan terpal yang kelamaan membuat skywalk sepi pengunjung. Banyak pihak menyayangkan kejadian ini dan khawatir bahwa proyek skywalk yang masih panjang berpotensi tidak sesuai dengan tujuan awalnya dan gagal. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mengevaluasi hambatan dan meningkatkan pengelolaan skywalk yang berorientasi pada pariwisata efektif. Metode yang dilakukan adalah skoring dari standar jalur pejalan kaki dan benchmarking/mengacu pada best practise untuk mengidentifikasi hal-hal yang perlu perbaikan dan mempelajari potensi peningkatan komponen wisata. Berdasarkan hasil penelitian, masalah utama yang menjadi penghambat adalah buruknya manajemen pengelolaan terutama dari segi keuangan, promosi, sumber daya manusia serta sulitnya birokrasi pengajuan perbaikan. Perubahan dapat dilakukan dengan menyatukan pendapat antar pengelola, membenahi manajemen dan menghadirkan inovasi atau atraksi baru dengan mencontoh apa yang sudah dilakukan pada skywalk lainnya.
CITATION STYLE
Namira, M. F., Wipranata, B. I., & Tjung, L. J. (2022). EVALUASI DAN PENINGKATAN PENGELOLAAN SKYWALK SEBAGAI DESTINASI WISATA (STUDI KASUS: KAWASAN CIHAMPELAS, KOTA BANDUNG, JAWA BARAT). Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa), 3(2), 3345. https://doi.org/10.24912/stupa.v3i2.12869
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.