Jumlah kasus demam berdarah yang dilaporkan ke WHO meningkat lebih dari 8 kali lipat selama dua dekade terakhir, dari 505.430 kasus pada tahun 2000, menjadi lebih dari 2,4 juta pada tahun 2010, dan 5,2 juta pada tahun 2019 (World Health Organization, 2022). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko Demam Berdarah Denguei dan memetakan sebaran kasus Demam Berdarah Dengue menggunakan analisis spasial diwilayah Kota Bengkulu. Metode yang digunakan adalah desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan case control, data dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner pada 44 responden yang DBD dan 44 responden negatif DBD di Wilayah Kerja Puskesmas se-Kota Bengkulu dengan teknik total sampling. Penelitian ini menunjukkan, tidak ada hubungan usia dengan kejadian DBD dimana nilai P (0,82), tidak ada hubungan jenis kelamin dengan kejadian DBD dimana nilai P (0,83), tidak ada hubungan pendidikan dengan kejadian DBD dimana nilai P (1,00), tidak ada hubungan pendapatan dengan kejadian DBD dimana nilai P (1,00), tidak ada hubungan obat anti nyamuk dengan kejadian DBD dimana nilai P (0,19), ada hubungan menguras TPA dengan kejadian DBD dimana nilai P (0,002), tidak ada hubungan kawat kasa dengan kejadian DBD dimana nilai P (1,00), tidak ada hubungan genangan air dengan kejadian DBD dimana nilai P (0,83). Diharapkan kepada petugas DBD Puskesmas di Kota Bengkulu agar dapat memperhatikan pencatatan data alamat penderita DBD secara lengkap dan jelas. Penambahan informasi seperti nomor telepon dapat dimasukkan pada buku register DBD.
CITATION STYLE
Sidharta, A. A., Diniarti, F., & Darmawansyah, D. (2023). Analisis Spasial Faktor Risiko Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Kota Bengkulu. Jurnal Vokasi Kesehatan, 2(2), 43–56. https://doi.org/10.58222/juvokes.v2i2.162
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.