Usaha penggemukan sapi potong menimbulkan konflik sosial dikarenakan dalam keadaan lembap dan terus menerus menumpuk maka akan mengganggu kondisi kesehatan masyarakat, terutama pada indra penciuman dan pernafasan. Merujuk pada permasalahan tersebut, dilakukan pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan kotoran sapi menjadi pupuk organik. Solusi ini menjadi alternatif yang sederhana dan dapat dijangkau oleh masyarakat dikarenakan bahan serta peralatan yang digunakan dapat diperoleh di kehidupan sehari-hari. Tahapan yang diimplementasikan yaitu (1) Konsolidasi tim dan komunikasi dengan masyarakat mitra; (2) Uji coba pengolahan kotoran sapi menjadi pupuk cair dan penerapan pupuk cair ke tanaman sayur; (3) Pembuatan kemasan dan uji coba pemasaran pupuk cair; dan (4) Pelaksanaan pelatihan, demonstrasi pembuatan pupuk cair, serta penanaman sayuran. Secara keseluruhan ketercapaian ini memberikan pengaruh positif terhadap warga baik itu bersifat menambah wawasan maupun penghasilan. Penghasilan warga akan dapat bertambah dengan menggunakan pupuk organik cair untuk menyuburkan tanaman sayuran sendiri, yang mana baik pupuk organik cair maupun tanaman sayuran nantinya dapat dikomersialkan. Pupuk organik kemudian diaplikasikan ke tanaman cabai. Dilakukan pengamatan pada daun tanaman cabai, di mana daun tanaman cabai yang diberi pupuk akan lebih besar daripada daun tanaman cabai yang tidak diberi pupuk. Hal ini membuktikan bahwa pembuatan pupuk organik telah tervalidasi dan bermanfaat sesuai dengan fungsinya.
CITATION STYLE
Memik Dian Pusfitasari, & Mutia Reza. (2022). PEMBERDAYAAN MASYARAKAT TERDAMPAK USAHA PETERNAKAN SAPI POTONG DI KELURAHAN GUNUNG SAMARINDA KOTA BALIKPAPAN. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat ITK (PIKAT), 3(1), 22–28. https://doi.org/10.35718/pikat.v3i1.672
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.