Studi pada penelitian ini terkait dengan kolaborasi antar pemerintah dan lembaga organisasi kemasyarakatan didalam tata kelola kebencanaan serta bagaimana modal sosial yang tumbuh dimasyarakat pasca terjadinya erupsi Merapi. Penelitian ini mengambil kasus tentang Disaster Management Erupsi Gunung Merapi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan untuk metode yang digunakan penelitian ini yaitu kualitatif-deskriptif yang dikumpulkan melalui jurnal, buku, serta dokumen-dokumen penting terkait Disaster Management erupsi Gunung Merapi. Temuan dalam penelitian ini menunjukan bahwa pasca terjadinya erupsi tahun 2010 tumbuh komunitas–komunitas sadar bencana. Artinya, ketahanan sosial dalam kesiapsiagaan kebencanaan dalam menghadapi erupsi merapi bisa dilakukan dengan membentuk sebuah komunitas tanggap bencana yang mengorganisirkan kaum pemuda untuk terlibat dalam tanggap bencana. Komunitas yang terbentuk karena asas kemanusian dan kesukarelawanan. Selain itu komunitas ini terbentuk karena adanya kohesi sosial, kepercayaan dan solidaritas. Selain itu, komunitas ini terbentuk karena adanya kelompok yang aktif dalam membuat jaringan atau basis masa sehingga menimbulkan dampak yang positif yaitu infomasi yang actual kepada masyarakat lokal. pemberdayaan dan tindakan politik juga terlepas dari terbentuknya komunitas tanggap bencana ini seperti dukungan dari pemerintah dan semua stakeholders terkait dalam memberikan pelatihan dan pemberdayaan kepada masyarakat lokal. kolaborasi ini dibutuhkan agar bencana lebih sistematis dan terencana.
CITATION STYLE
Pratama, P. Y., & Achmad, N. (2020). Collaborative Governance dan Social Capital : Peran Pemerintah dan Non-Pemerintah dalam Disaster Management di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Ilmiah Tata Sejuta STIA Mataram, 6(1), 429–444. https://doi.org/10.32666/tatasejuta.v6i1.102
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.