Produksi bawang merah yang masih bersifat musiman menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan masyarakat di luar musim panen. Hal ini berakibat pada kenaikan harga bawang merah terutama menjelang hari raya keagamaan maupun menjelang pergantian tahun. Harga bawang merah yang berfluktuasi dipengaruhi oleh faktor pendistribusian dari produsen ke konsumen akhir yang masih bermasalah. Marjin distribusi merupakan salah satu indikator efisiensi pada sistem distribusi. Peningkatan marjin distribusi tersebut mengindikasikan bahwa distribusi komoditas semakin tidak efisien. Disatu sisi, tata niaga yang belum terorganisir dengan optimal juga menjadi pemicu melonjaknya harga bawang merah di level konsumen dibandingkan harga yang diperoleh dari petani salah satunya di wilayah Sampit yang tidak memiliki produsen bawang merah sehingga pendistribusian komoditi ini masih berharap produsen dari luar Kabupaten seperti Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur, Banjarmasin dan Sulawesi.Berdasarkan gambaran lebih lanjut terkait permasalahan tersebut, maka dilakukan survey pola distribusi dan margin bawang merah di kota Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur dalam jangka waktu 1 Tahun yakni bulan Januari sampai dengan Desember tahun 2020. Kegiatan ini dilakukan di kota Sampit dengan pertimbangan bahwa kota Sampit merupakan daerah survey pemantauan indeks harga pangan strategis (PIHPS) dari Bank Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola margin pemasaran bawang merah di kota Sampit. Dari penelitian ini diperoleh bahwa jumlah rantai distribusi perdagangan komoditas bawang merah dari produsen sampai ke konsumen akhir di Kota Sampit Kotawaringin Timur tahun 2020 yaitu sebayak tiga rantai dengan proporsi margin terbanyak berada pada pelaku Pedagang besar dan pasar modern Hypermart.
CITATION STYLE
SP., M.EP., T. N. B. (2021). ANALISIS MARGIN PEMASARAN BAWANG MERAH DI KOTA SAMPIT. Jurnal Penelitian Agri Hatantiring, 1(1). https://doi.org/10.59900/pagri.v1i1.8
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.