Kegiatan penambangan timah di Pulau Bangka selain peran penting mereka dalam berkontribusi terhadap negara pendapatan mereka juga berdampak negatif pada lingkungan Hidup. Penambangan timah skala besar dan kecil kegiatan telah membuat area hutan yang luas dan lahan pertanian tetap terbuka tanpa reklamasi lahan yang tepat. Tanah teratas yang dikupas selama proses penambangan tidak disimpan dengan baik untuk kegiatan pasca penambangan. Kondisi ini mengakibatkan banyak lahan pasca penambangan adalah pasir kuarsa tertutup sebagai limbah pengolahan timah (Nurcholish et al., 2013). Tailing kuarsa memiliki pH rendah (4-5). Itu isi dari mikroba dan nutrisi tanah juga rendah karena hilangnya lapisan tanah atas yang bocor nutrisi. Tailing ini mengandung sangat tinggi (lebih dari 95%) fraksi pasir dengan lempung sangat rendah dan kandungan bahan organik yang menghasilkan sangat rendah kapasitas buffer dari tailing kuarsa (Pratiwi et Al. 2012). Rehabilitasi lahan pasca penambangan tidak boleh hanya mengandalkan suksesi alami proses karena membutuhkan waktu yang sangat lama dan kondisi tanah dapat lebih rusak oleh proses erosi yang tidak terkendali. Dalam prakteknya, dalam Selain upaya yang diperlukan untuk memperbaiki tanah kondisi, keberhasilan reklamasi lahan juga dete Sarankan edit Tentang Google TerjemahanKomunitasSeluler Tentang GooglePrivasi
CITATION STYLE
H Narendra, B., & Pratiwi, P. (2016). Adaptability of some legume trees on quartz tailings of a former tin mining area in Bangka Island, Indonesia. Journal of Degraded and Mining Lands Management, 4(1), 671–674. https://doi.org/10.15243/jdmlm.2016.041.671
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.