Bayi yang mendapatkan makanan pendamping ASI sebelum berusia 6 bulan akan mempunyai resiko 17 kali lebih besar mengalami diare dan 3 kali lebih besar kemungkinan terkena infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dibandingkan bayi yang hanya mendapat ASI eksklusif dan mendapatkan MP- ASI dengan tepat waktu. Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang tidak tepat waktudapat mengakibatkan hal-hal yang merugikan, antara lain apabila terlalu dini dapat menimbulkan resiko diare, dehidrasi, produksi ASI menurun dan alergi. Kebiasaan masyarakat memberikan MP-ASI dini masih kental, keyakinan masyarakat bahwa bayi yang diberi MP-ASI dini akan cepat pertumbuhannya. Tujuan: Memaparkan angka kejadian pemberian MP-ASI dini di wilayah kerja UPTD Puskesmas Moncongloe Kabupaten Marosdan mengidentifikasi pengaruh sosial budaya terhadap pemberian MP-ASI dini. Metode: Penelitian ini menggunakan Mixed Metode dengandesain Sequential Explanatory yaitu Sequential Explonatory design. Results: Pemberian MP-ASI sebagai solusi bagi bayi yang terbilang aktif dan rewel, sebagai solusi bagi ibu yang tidak memiliki ASI yang cukup/kurang sehingga pemberian susu formula terlalu dini, pertumbuhan bayi lambat, alternative bagi ibu yang bekerja dan terjadi karena pengalaman dari anak-anak dan pengaruh sosial budaya seperti kebiasaan turun temurun, 40 hari setelah kelahiran bayi, pemberian madu atau kurma saat bayi baru lahir. Kesimpulan: Faktor internal (Ibu dan bayi) serta faktor sosial budaya berpengaruh terhadap pemberian MP ASI dini.
CITATION STYLE
Leli, L. (2021). Pengaruh Sosial BudayaTerhadap Pemberian MP-ASI Dini di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Moncongloe. Afiasi : Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(1), 45–53. https://doi.org/10.31943/afiasi.v1i4.123
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.