Latar belakang. Bayi kurang bulan rentan terhadap stres dingin sehingga berisiko terjadi hipotermi. Hal ini menjadikan faktor suhu ruangan sangat penting sebagai bagian dari manajemen suhu pada kelahiran bayi kurang bulan.Tujuan. Menganalisis perbedaan pengaruh antara pengaturan suhu ruang operasi 240-260C dan 200-220C terhadap suhu bayi kurang bulan berat lahir rendah.Metode. Uji klinis dengan randomisasi dilakukan pada bulan Oktober 2016–Januari 2017 di ruang operasi IGD RS Dr. Moewardi Surakarta. Enampuluh bayi diambil secara konsekutif dibagi dalam kelompok kontrol (suhu operasi 200-220C) dan kelompok perlakuan (suhu ruang operasi 240-260C). Distribusi data tidak normal sehingga dalam bentuk median dan dianalisis menggunakan chi square dan Mann-Whitney test dengan program SPSS 17.0.Hasil. Median suhu bayi baru lahir pada kelompok perlakuan (36,10C) berbeda signifikan (p<0,001) secara statistik dibandingkan pada kelompok kontrol (35,70C), tetapi tidak berbeda secara klinis. Hasil analisis regresi linear ganda menunjukkan bahwa suhu ruang operasi (B=0,111; IK95%: 0,072 – 0,150; p<0,001), berat lahir (B=0,001; IK95%: 0,000 – 0,001; p<0,001), dan skor APGAR 1 menit (B=0,111; IK95%: 0,026 – 0,196; p=0,012) memiliki korelasi positif yang secara statistik signifikan dengan suhu bayi baru lahir.Kesimpulan. Suhu ruang operasi 240-260C akan menaikan median suhu lahir bayi kurang bulan, walaupun kejadian hipotermia tidak berbeda. Sari Pediatri
CITATION STYLE
Wibowo, S., Salimo, H., & Hidayah, D. (2017). Perbedaan Pengaruh antara Pengaturan Suhu Ruang Operasi 240-260C dan 200-220C Terhadap Suhu Bayi Lahir Kurang Bulan. Sari Pediatri, 18(5), 391. https://doi.org/10.14238/sp18.5.2017.391-6
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.