Kampung Wisata Adat Batak Toba

  • Oentoro A
  • Noerwasito V
N/ACitations
Citations of this article
18Readers
Mendeley users who have this article in their library.

Abstract

Di era perkembangan zaman yang semakin maju kita sebagai warga negara Indonesia seakan-akan kita lupa dengan seni dan budaya yang kita miliki. Bahkan dalam dunia arsitektur. Arsitektur Nusantara lebih dikenal dengan bangunan primitif bagi manusia modern. Dengan adanya perbedaan primitif dan modern maka arsitektur Nusantara semakin tidak terlihat keberadaannya, dan teknologi arsitekturalnya akan semakin hilang ilmunya. Seharusnya kita, warga negara Indonesia bangga dengan seni dan budaya kita yang sangat kaya, dengan memperkenalkan seni dan budaya kita di era perkembangan zaman modern ini. Berdasarkan dari berbagai permasalahan di atas antara mengkini dan primitif munculah sebuah ide respon mengkombinasikan kedua jenis bangunan tersebut. Kampung Wisata Adat Batak Toba akan menghadirkan kampung asli Batak Toba dengan bangunan primitif dan bangunan yang mengkinikan arsitektur Nusantara sesuai dengan kebutuhan manusia modern sekarang, dan tidak lupa tetap menghadirkan bangunan asli Batak Toba (Ruma Bolon) sebagai tempat tinggal dan rumah penduduk sekitar. Perancangan desain menggunakan metode charles jencks, dimana pengkombinasian antara arsitektur tradisional dengan arsitektur modern yang harus memenuhi beberapa unsur, seperti aspek warna, aspek dekorasi, dan aspek masa lalu. Konsep dari kampung wisata ini adalah mempertahankan keaslian, mengkombinasikan teknologi lama dengan yang baru, dan adanya kebutuhan zoning pada lahan.

Cite

CITATION STYLE

APA

Oentoro, A., & Noerwasito, V. T. (2019). Kampung Wisata Adat Batak Toba. Jurnal Sains Dan Seni ITS, 7(2). https://doi.org/10.12962/j23373520.v7i2.33984

Register to see more suggestions

Mendeley helps you to discover research relevant for your work.

Already have an account?

Save time finding and organizing research with Mendeley

Sign up for free