Provinsi NTT didiami oleh sejumlah suku dengan budaya, agama, ras dan golongan yang berbeda. Perbedaan tersebut telah dapat bernilai positif bagi pengembangan masyarakat setempat namun juga mengandung nilai negatif. Kemajemukan tersebut merupakan suatu tantangan yang sangat besar bagi pemerintah dalam mempertahankan kondisi suatu daerah agar tetap aman dan tidak terjadi konflik yang sangat merugikan banyak pihak. Dari kasus-kasus konflik yang terjadi, ternyata agama dan etnis bukanlah penyebab dasar terjadinya konflik antara kelompok. Konflik terjadi disebabkan oleh kurangnya ruang interaksi sosial dan keagamaan yang berbeda etnis/agama, kehadiran warga pendatang yang tidak memahami situasi setempat, dan menurunnya nilai-nilai kebersamaan. Secara umum hubungan antar umat beragama di NTT masih dalam kondisi terkendali dan stabil. Potensi integrasi berupa kekuatan khazanah budaya lokal, kekerabatan, semangat komunalitas, dan adanya tetua adat jauh lebih dominan dari pada potensi konflik.
CITATION STYLE
Takdir, M. (2017). Model-Model Kerukunan Umat Beragama berbasis Local Wisdom. Tapis : Jurnal Penelitian Ilmiah, 1(01), 61. https://doi.org/10.32332/tapis.v1i01.728
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.