Abstrak Rendahnya tingkat kinerja logistik di Indonesia melatarbelakangi pembentukan Sistem Logistik Nasional (Sislognas). Untuk mendukung pengembangan Sistem Logistik Nasional, keberadaan dry port harus segera dimaksimalkan. Salah satu terminal peti kemas yang dapat dimaksimalkan adalah Terminal Peti Kemas Bandung (TPKB) yang berada di daerah Gedebage. Terminal Peti Kemas Gedebage di dirikan pada tanggal 27 September 1987, berdasarkan Keppres Nomor. 52/ Tahun 1987 Tentang Terminal Peti Kemas. Dengan adanya terminal ini diharapkan dapat mewujudkan Sistem Transportasi Kota yang lebih baik untuk mendukung Kota Bandung sebagai Kota Jasa Yang Bermartabat. Tujuan dari penelitian ini adalah dapat ditentukannya faktor-faktor yang dapat mengakibatkan penurunan kinerja Terminal Peti Kemas Bandung, dan dapat ditentukannya prioritas strategi yang dapat digunakan untuk memperbaiki kinerja Terminal Peti Kemas Bandung. Dalam menentukan prioritas strategi perbaikan kinerja Terminal Peti Kemas Bandung, penulis menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan menggunakan indikator LPI (Logistic Performance Index) dari Bank Dunia sebagai kriteria karena indikator yang digunakan bersifat multi-dimensi, yaitu : Customs, Infrastructure, International Shipment, Logistic Quality, Tracking and Tracing, dan Timeliness. Dari pengolahan data menggunakan AHP, tingkat kepentingan Infrastructure memiliki prioritas terpenting dengan skor tertinggi yaitu 0.443, Customs (0.188), Timelines (0.128), Logistic Quality (0.109), International Shipment (0.084), dan Tracking & Tracing (0.047). Adapun hasil pengolahan data dan analisis diketahui faktor-faktor yang dapat mengakibatkan penurunan kinerja Terminal Peti Kemas Bandung adalah konektivitas/akses dari pabrik ke terminal, konektivitas menuju pelabuhan Tj. Priok, tingkat koordinasi antar pihak, penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi, jadwal keberangkatan kereta, dan kendala Terowongan Saksaat. Sedangkan prioritas strategi untuk meningkatkan kinerja Terminal Peti Kemas Bandung secara berturut turut adalah Membangun konektifitas dengan pelabuhan, membangun pelayanan yang terintegrasi, membangun system ICT yang handal, membangun rel KA khusus peti kemas, membangun rel KA melewati daerah industry, dan menjadikan kawasan Gedebage menjadi pusat logistik/distribusi. Kata kunci : Peti kemas, AHP, LPI, TPKB Abstract The low level of logistics performance in Indonesia lies behind the formation of the National Logistics System (Sislognas). To support the development of the National Logistics System, the existence of dry ports must be maximized immediately. One of the container terminals that can be maximized is Terminal Peti Kemas Bandung (TPKB) in the Gedebage area. TPKB was established on September 27, 1987, based on Presidential Decree Number. 52/1987 concerning Container Terminals. The existence of this terminal is expected to be able to realize a better City Transportation System to support Bandung City as a City of Dignified Services. The purpose of this study is to determine the factors that can lead to a decrease in the performance of the TPKB, and can determine the priority of strategies that can be used to improve the performance of the TPKB. In determining the priority of performance improvement strategies for TPKB, the author uses the Analytical Hierarchy Process (AHP) method using the LPI (Logistic Performance Index) indicator from the World Bank as a criterion because the indicators used are multi-dimensional, namely: Customs, Infrastructure, International Shipment, Logistic Quality, Tracking and Tracing, and Timeliness. From data processing using AHP, the level of importance of Infrastructure has the most important priority with the highest score of 0.443, Customs (0.188), Timeline (0.128), Logistics Quality (0.109), International Shipment (0.084), and Tracking & Tracing (0.047). The results of data processing and analysis are known factors that can lead to a decrease in performance of the TPKB is connectivity / access from the factory to the terminal, connectivity to the port of Tj. Priok, the level of coordination between parties, the use of Information and Communication Technology, the train departure schedule, and the Saksaat Tunnel obstacle. While the priority strategy for improving the performance of TPKB in succession is Building connectivity with ports, building integrated services, building reliable ICT systems, building containerized railway tracks, building railroad tracks through industrial areas, and making the Gedebage area a center logistics / distribution. Keywords: Container, AHP, LPI, TPKB
CITATION STYLE
Fatah, A. (2019). Pemilihan Prioritas Strategi Pengembangan Terminal Xyz Dengan Menggunakan Metode Ahp (Analytical Hierarchy Process. Sistemik : Jurnal Ilmiah Nasional Bidang Ilmu Teknik, 7(1), 10–20. https://doi.org/10.53580/sistemik.v7i1.6
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.