Klaim kebenaran mutlak dalam agama sering dianggap sebagai sebab konflik dan kekerasan bernuansa agama. Anggapan ini kemudian melahirkan perlunya penyebaran gagasan pluralisme agama di tengah umat beragama, khususnya umat Islam. Sebagai puncak dari tiga sikap beragama, pluralisme diyakini mampu mem- bawa umat beragama ke kehidupan yang damai dan harmonik karena meyakini adanya kebenaran dalam setiap agama dan keyakinan yang ada. Namun persebaran gagasan ini mengalami kontroversi dan penolakan dari kalangan agamawan sendiri sehingga menjadi tidak efektif dan mengalami titik balik. Tulisan ini mencoba melihat secara kritis gagasan pluralisme agama dan membangun perspektif baru bahwa untuk menjalin harmoni hidup beragama tidak harus meyakini keberadaan kebenaran pada agama dan keyakinan lain. Sikap beragama yang eksklusif juga potensial menjadi dasar hidup harmoni karena sesungguhnya agama (Islam) telah menyiapkan seperangkat doktrinal agar umatnya tetap ramah dan hidup damai bersama umat lain dengan tetap meyakini eksklusivitas kebenaran Islam.
CITATION STYLE
Fata, A. K. (2018). DISKURSUS DAN KRITIK TERHADAP TEOLOGI PLURALISME AGAMA DI INDONESIA. MIQOT: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, 42(1), 105. https://doi.org/10.30821/miqot.v42i1.393
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.