Pemanfaatan kulit biji jengkol masih sangat terbatas, bahkan sering ditemukan menjadi tumpukan sampah organik di pasar-pasar tradisional daerah Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki kandungan senyawa fenolik yang terdapat pada kulit biji jengkol. Senyawa fenolik memiliki aktivitas antioksidan yang dapat mencegah beberapa jenis penyakit. Pada penelitian ini diperoleh ekstrak metanol, ekstrak etil asetat, ekstrak n-heksan dan total fenolik dari kulit biji jengkol dan dilakukan uji toksisitas menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Nilai LC50 yang diperoleh untuk ekstrak metanol, ekstrak etil asetat, ekstrak n-heksan dan total fenolik secara berturut-turut adalah 14,91; 14,19; 3419,64 dan 10,44 ppm. Nilai LC50 dipengaruhi oleh kandungan senyawa fenolik yang ada pada ekstrak. Nilai LC50 ekstrak metanol, ekstrak etil asetat dan fenolik total menunjukkan nilai toksisitas yang tinggi. Berdasarkan pada nilai LC50 yang diperoleh, disimpulkan bahwa kulit biji jengkol dapat digunakan sebagai sumber obat herbal untuk pengobatan berbagai jenis penyakit.
CITATION STYLE
Marpaung, L., Nasution, M. P., Simanjuntak, P., & Lubis, M. Y. (2018). Kulit Biji Jengkol (Archidendron jiringa (Jack) I. C Nielsen) Sebagai Sumber Obat Herbal Berdasarkan Toksisitas Ekstrak. Talenta Conference Series: Tropical Medicine (TM), 1(2), 348–354. https://doi.org/10.32734/tm.v1i2.199
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.