Pendidikan Islam formalistic belum cukup untuk mencerdaskan umat dari segi spiritualitas dan mentalitas. Pendidikan yang parsial melahirkan problematika kehidupan yang baru. Problematika umat bagaikan benang kusut tidak akan dapat dipecahkan jika sebatas mengandalkan ijtihad. Akan tetapi membutuhkan petunjuk dan pandangan secara ruhani. Bimbingan Jibril kepada Nabi Saw, pada umumnya berbentuk ruhani. Sehingga tarbiyah rūhiyah, menjadi model bimbingan yang paling esensi dalam menghantarkan umat kepada substansi ajaran Islam. Tulisan ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan data kepustakaan. Dalam Beberapa tafsir al-Qur`an terdapat kisah bimbingan rūhaniah Nabi Ya`qub kepada anaknya Yusuf ketika di goda oleh Zulaikha. Demikian dalam atsar dijelaskan bimbingan rūhaniah Umar bin Khattab kepada pasukannya, dan bimbingan rūhaniah Nabi Saw kepada Utsman bin’Affan ketika ia dikhianati. Bimbingan rūhaniah Nabi Saw, telah dirasakan pula oleh seorang pembesar Tab’in, Uwais al-Qarni. Dalam sejarahnya ia tidak pernah dibimbing oleh Nabi Saw, secara lahirah akan tetapi meraih maqam kewalian yang tinggi. Demikian pula bimbingan rūhaniah Nabi Saw kepada para Mursyid hakiki dalam menerima tugas, petunjuk dan wirid. Tuliasan ini diharapkan dapat memperkenalkan konsep tarbiyah yang komprehensif dalam Islam, karena bimbingan rūhaniah tidak dibatasi ruang dan waktu.
CITATION STYLE
Hakim, L. A. (2021). Dimensi Tarbiyyah Rūhiyyah dalam Ilmu Tasawuf. Hikamia: Jurnal Pemikiran Tasawuf Dan Peradaban Islam, 1(2), 61–72. https://doi.org/10.58572/hkm.v1i2.5
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.