ABSTRACT This study aims to describe the convention and accommodation of the Baha'i religion in its existence in Indonesia. This research is an exploratory study supporting the library /normative approach. Search for data through documents and scientific studies of Baha'i religion about testing and accommodation in the community. Data analysis through the data collection process; data reduction; presentation of data; and withdrawal of decisions. The results showed that the convention and accommodation of the Baha'i religion were done through religious deprivation, namely by melting down and taking part in society. Baha'i religion as a minority is used as capital in social communication. Baha'i religion highlights good deeds in the community. This can be due to two (two) main factors. First, the Baha'i religion teaches goodness; and twice, to avoid bad perceptions and conflicts with the environment. The testing and accommodation of the Baha'i religion are done through religious deprivation, namely by melting down and participating in society. Meanwhile, in the view of the Law, the existence of other beliefs and religions outside the official religion in Indonesia has listed itself in the review of Law No. 5 of 1969, where this Law is considered to violate human rights in Article 28 of the 1945 Constitution, which asserts that every citizen must respect human rights. Law No. 5 of 1969 is deemed to have legalized culture of discrimination. The rejection of the review conducted by the Constitutional Court is based on the need for regulations governing the order of life in a society without conflict based on religious motives. Keywords: Existence, bahai religion, contestation and accommodation Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan konstestasi dan akomodasi agama Baha’i dalam eksistensinya di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif dengan dukungan pendekatan kepustakaan/ normatif. Penelusuran data melalui dokumen dan kajian ilmiah tentang agama Baha’i dalam kaitannya dengan konstestasi dan akomodasi di masyarakat. Analisis data melalui proses pengumpulan data; reduksi data; penyajian data; serta penarikan keputusan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konstestasi dan akomodasi agama Baha’i dilakukan melalui deprivatisasi agama, yaitu dengan meleburkan diri serta mengambil peran serta ke dalam masyarakat. Agama Baha’i sebagai minoritas dijadikan modal dalam komunikasi sosial. Agama Baha’i menonjolkan perbuatan baik dalam bermasyarakat. Hal ini dapat disebabkan oleh 2 (dua) faktor utama, pertama, agama Baha’i mengajarkan kebaikan; dan kedua, untuk menghindari persepsi buruk serta konflik dengan lingkungan. Konstestasi dan akomodasi agama Baha’i dilakukan melalui deprivatisasi agama, yaitu dengan meleburkan diri serta mengambil peran serta ke dalam masyarakat. Sementara itu dalam pandangan hukum, adanya kepercayaan dan agama lain diluar agama resmi di Indonesia, telah mencatatkan dirinya dalam review UU No 5 Tahun 1969, dimana UU ini dinilai melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) pada Pasal 28 UUD 1945, yang menegaskan bahwa setiap warga negara wajib menghormati HAM. UU Nomor 5 Tahun 1969 dianggap telah melegalkan budaya diskriminasi. Penolakan review yang dilakukan oleh MK didasarkan pada perlunya regulasi yang mengatur keteraturan hidup dalam masyarakat tanpa konflik yang didasari oleh motif agama. Kata kunci: Eksistensi, Agama Bahai, Kontestasi Dan Akomodasi
CITATION STYLE
Rohmatullah, M. K., & Khanayya, S. (2023). KOMUNITAS AGAMA BAHAI DALAM KONTESTASI DAN AKOMODASI. Jurnal Multidisipliner Bharasa, 2(01), 65–74. https://doi.org/10.56691/jurnalmultidisiplinerbharasa.v2i01.277
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.