Bukittinggi merupakan kota wisata yang banyak menerima pendatang dari luar daerah dengan berbagai latar dan kebiasaan yang berbeda. Hal ini dapat memunculkan heterogenitas yang jika tidak dikelola dengan baik maka akan memuncul konflik. Salah satu kelompok komunitas yang berkembang di Bukittinggi adalah punk. Komunitas ini terasa memberikan nuansa yang kurang bagus bagi kehidupan bermasyarakat kota tersebut. Dengan modal kehidupan kota yang teratur dengan bersumber pada nilai-nilai agama berhadapan dengan kehidupan yang bebas dan tidak terikat pada lembaga manapun. Untuk membatasi permasalahan ini, analisa yang dipakai adalah sub kultur. Bagaimana menjawab tantangan dalam kehidupan yang mono menjadi multikultural di Kota Bukittinggi. Hasil yang didapatkan adalah adanya tarik ulur dalam melaksanakan nilai-nilai luhur dan prinsip kehidupan masing-masing kelompok. Masyarakat dengan sumber kesadaran berasal kearifan lokal, melakukan penilaian terhadap yang lain lebih pada tampilan. Sementara komunitas punk, prinsip dasar yang mereka punya sering disalahgunakan oleh segelintir anggota untuk kepentingan pribadi.
CITATION STYLE
Marh, N. F. (2018). LOCAL WISDOM VS GLOBAL IDENTITY: PERGULATAN MASYARAKAT MINANG DENGAN KOMUNITAS PUNK DI KOTA BUKITTINGGI. Turast : Jurnal Penelitian Dan Pengabdian, 6(2). https://doi.org/10.15548/turast.v6i2.71
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.