Temu: Maestro Gandrung Dari Desa Kemiren Banyuwangi

  • Nurhajarini D
N/ACitations
Citations of this article
34Readers
Mendeley users who have this article in their library.

Abstract

Artikel ini berbicara tentang biografi Temu, seorang tokoh seni gandrung yang berasal dari Kemiren, Glagah, Banyuwangi. Kesenian gandrung tersebut termasuk seni pertunjukkan rakyat. Oleh kalangan masyarakat Banyuwangi Temu dianggap identik dengan gandrung dan dianggap sebagai seorang maestro gandrung. Kemampuannya menari, nembang, dan menyampaikan wangsalan dimiliki oleh Temu dengan ditambah ciri khas suara Temu yang unik. Suara Temu melengking tinggi dengan gaya khas Using menjadikan suara Temu menghiasi beberapa isi VCD maupun DVD. Pada masa awal perkembangan rekaman kaset suara Temu termasuk yang awal menghias pita rekaman. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah mengapa Temu terus mendedikasikan dirinya untuk gandrung? Dengan pertanyaan utama itu maka sekaligus menjawab tentang siapa Temu dan apa saja kiprahnya. Biografi Temu ditulis dengan menggunakan metode sejarah, dengan melihat kiprah Temu sejak kecil hingga saat penelitian dilakukan. Hasil penelitian menemukan Temu mendedikasikan dirinya kepada seni gandrung dengan terus melakukan aktivitas yang terkait dengan gandrung, yakni pergelaran dan melatih para calon gandrung. Gandrung bagi Temu adalah ladang penghidupan dan sekaligus untuk ekspresi diri. Beberapa penghargaan di tingkal lokal hingga nasional pernah di raih Temu, perempuan yang tidak tamat sekolah dasar. Temu pun berhasil tampil dari panggung hajatan warga hingga acara di Taman Ismail Marzuki serta di panggung Frankfrut, Jerman. Untuk melestarikan dan mewariskan kemampuaannya menjadi gandrung, Temu mendirikan sebuah sanggar yang diberi nama “Sopo Ngiro”. Sanggar tersebut diharapkan dapat menjadi persemaian para calon penerus gandrung dan Temu berharap menemukan penerusnya dari sanggar tersebut. Kata

Author supplied keywords

Cite

CITATION STYLE

APA

Nurhajarini, D. R. (2015). Temu: Maestro Gandrung Dari Desa Kemiren Banyuwangi. Patrawidya, 16(4), 447–464.

Register to see more suggestions

Mendeley helps you to discover research relevant for your work.

Already have an account?

Save time finding and organizing research with Mendeley

Sign up for free