Kota Yogyakarta hingga tahun 2018 tercatat memiliki jumlah penduduk sekitar 500 ribu jiwa. Peningkatan jumlah penduduk akibat urbanisasi berdampak pada kebutuhan akan lahan yang semakin tinggi sehingga menyebabkan dampak negatif terhadap perkembangan kota. Dampak negatif yang ditimbulkan adalah penurunan kualitas lingkungan salah satunya peristiwa efek pulau panas atau urban heat island (UHI). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi spasial dan temporal perubahan penggunaan lahan dan UHI di wilayah perkotaan Yogyakarta tahun 1999-2019, serta mengidentifikasi hubungan antara tipe penggunaan lahan dan suhu permukaan. Data yang digunakan adalah citra Landsat dengan interval waktu 5 tahunan dari tahun 1999-2019. Metode pengukuran menggunakan metode penginderaan jauh dengan memanfaatkan citra Landsat. Pengolahan data yang dilakukan menggunakan pendekatan NDBI untuk mengetahui lahan terbangun, LST untuk mengetahui suhu permukaan, dan perhitungan UHI untuk mengetahui intensitas dan distribusi yang terjadi. Hasil pengolahan menunjukkan peningkatan intensitas UHI Pada tahun 1999 -2009 sebesar 0,08°C, dan pada tahun 2009- 2019 sebesar 0,1°C. Perkembangan UHI di Kota Yogyakarta dan sekitarnya mengalami peningkatan disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan lahan terbangun yang mengakibatkan peningkatan suhu. Wilayah yang termasuk dalam cluster UHI tinggi cenderung memiliki titik panas. Lokasi yang menjadi sumber titik panas paling besar berada di Kecamatan Banguntapan, Depok, Gamping, Kasihan, Mlati, Sewon, dan Depok.
CITATION STYLE
Cornelius Deni Wijaya Putra, Nucifera, F., & Sola Tri Astuti. (2022). Distribusi Spasial dan Temporal Urban Heat Island dan Penggunaan Lahan di Wilayah Perkotaan Yogyakarta Tahun 1999-2019. Jurnal Geografi, Edukasi Dan Lingkungan (JGEL), 6(1), 1–16. https://doi.org/10.22236/jgel.v6i1.7785
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.