Penelitian ini mendeskripsikan makna dan fungsi secara mendalam dari mantra pertunjukan Bantengan yang berasal dari Mojokerto Jawa Timur Struktur. Mantra ditutupi dengan rumus mistis, magis, mitologi, suara, diksi, dan imajinasi. Wacana nilai Islam telah sangat dominan dalam bahasa Mantra Bantengan. Zat bahasa Arab juga dilekatkan dalam teks Mantra Bantengan dan menghasilkan bentuk karakteristik khusus yang baru. Latar belakang permasalahannya yaitu apa fungsi dan makna agar masyarakat dan para khalayak ramai mengetahui dari mantra tersebut, apa yang dimaksud dengan fungsi ritual, Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan simiotika milik Roland Barthes sebagai acuan makna mantra dari kesenian Bantengan, bagaimana perkembangan seni Bantengan bisa bertahan sampai saat ini. Dengan metode ini penulis melakukan pencarian atau pengumpulan data dan fakta, melalui observasi, wawancara, dan studi pustaka. Hasil penelitian berupa penafsiran makna dari mantra yang ada dalam tradisi Bantengan bahwa seni Bantengan masih berfungsi dimasyarakat sebagai ritual, hiburan, dan penyatu masyarakat (integritas masyarakat). Sehingga masyarakat daerah Buringan kabupaten Malang masih melakukan kegiatan kesenian tersebut.
CITATION STYLE
Nashichuddin, M., Rifki, M. G., & Lifca P., P. (2018). MAKNA DAN TRANSMISI MANTRA PEMANGGILAN ARWAH KESENIAN JAWA BANTENGANDAERAH MBURING MALANG JAWA TIMUR. Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia, 6(1), 57. https://doi.org/10.30659/j.6.1.57-64
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.