ABSTRAK Ekspansi perusahaan pemasok kayu dari HTI (Hutan Tanaman Industri) untuk kebutuhan bubur kertas ( pulp) semakin besar setiap tahunnya. Deforestasi wilayah hutan menjadi penyebab degadrasi lingkungan yang berkepanjangan. Tak hanya itu, HTI seringkali memunculkan konflik lahan bagi masyarakat yang ada di sekitar wilayah konsesi. Konflik lahan seringkali muncul karena adanya ketidak-jelasan batas wilayah desa terhadap konsesi perusahaan HTI, dan juga kurangnya komunikasi antara kedua belah pihak dalam penyelesaian masalah lahan. Hal ini diperburuk lagi dengan kondisi bahwa desa sebagai sebuah unit dari wilayah tidak memiliki batas wilayah secara definitif. Selanjutnya terdapat berbagai macam kerentanan masyarakat dalam menghadapi ekspansi perusahaan jika didudukkan dalam kerangka kehidupan berkelanjutan (penilaian dari 5 jenis aset). Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui aset ruang Desa Sungai Batang dari perspektif pentagonal aset. Selain itu, tujuan kedua penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pemetaan partisipatif dan studi tenurial di Desa Sungai Batang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data primer dan data sekunder, yang mana peneliti terlibat dalam proses grandtour, observasi dan wawancara kepada orang-orang kunci. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus Desa Sungai Batang sebagai salah satu desa yang berada di dalam batas wilayah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang HTI. Hasil dari penelitian ini, apabila Desa Sungai Batang didudukkan dalam kerangka penghidupan berkelanjutan, memiliki potensi besar dalam aset modal sosial dan modal alam. Sayangnya, kedua modal tersebut belum ditegaskan dengan batasan wilayah yang jelas sehingga sering terjadi ketidaksepahaman dan kecenderungan eksploitasi antara perusahaan kepada masyarakat. Kata kunci: desa sungai batang, batas wilayah, sistem tenurial ABSTRACT The expansion of wood supply chain in HTI or Industrial Forest Plantation for the needs of pulp is getting bigger every year. Deforestation causes prolonged relegation. HTI also create a land conflict to people surrounding the concession. Land conflict often arise by obscurity of village boundaries within HTI concession, and also the lack communication between two parties in resolution of land issues. It is worsened by village condition as one of unit of the area does not have definitive boundaries yet.There is a wide range of social vulnerability faced the expansion of the company, in terms of sustainable livelihoods (assesing 5 types of assets). The purpose of this research is to determine Sungai batang space’s assets from the pentagon asset perspective. In addition, the second purpose is to determine the effectivennes of participatory mapping and tenure study in Sungai Batang village. This research was conducted using primary data and secondary data, which researchers involved in the process grandtour, observation and interviews with key persons. This study uses case study method Sungai Batang as one of the villages that lies within the boundaries of a company as Industrial Forest Plantation.The results of this study, as Sungai Batang village assesed in terms of sustainable livelihoods, has great potential in social capital and natural capital. Unfortunately, both the capital have not been confirmed with the clear boundaries it caused some disagreement and exploitation tendency between companies to the community. Keywords: sungai batang village, boundaries, tenure system
CITATION STYLE
Mayasari, W. S. (2017). EFEKTIFITAS PEMETAAN PARTISIPATIF DAN STUDI TENURIAL UNTUK MEMPERTEGAS ASET RUANG DESA STUDI KASUS: DS. SUNGAI BATANG-KAB. OGAN KOMERING ILIR. JURNAL ILMIAH GEOMATIKA, 22(2), 65. https://doi.org/10.24895/jig.2016.22-2.503
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.