Pada masa dunia dilanda krisis global yang disebabkan oleh bencana alam (seperti wabah penyakit menular, gelombang tinggi pasang laut Tsunami) maupun bencana yang disebabkan oleh ulah manusia (seperti peperangan antarnegara, aksi-aksi teroris internasional), negara-negara dan para pelaku internasional lainnya sudah tentu akan berusaha untuk mengatasi krisis dan memulihkan keadaan. Dalam situasi krisis yang serba tidak menentu dan terbatas ini, isu-isu baru dapat muncul mengenai apa, bagaimana serta mengapa dan siapa yang paling bertanggungjawab yang dikomunikasikan melalui narasi-narasi yang kerap mengarah kepada adu narasi (battle of narrative). Negara-negara sebagai institusi yang memiliki otoritas dalam hubungan internasional dapat memanfaatkan momentum ini untuk mengukuhkan dan memastikan kekuasaannya di dunia melalui kekuatan naratif. Untuk memahami proses politik pada hubungan internasional dalam memanfaatkan kekuasaan naratif di saat krisis global dapat diamati pada masa dunia dilanda krisis pandemi Virus Corona-19 (Covid-19) sejak akhir Desember 2019. Dalam upaya mencegah dan mengatasi ancaman virus ini di wilayah masing-masing negara, muncul isu belum tersedianya obat atau vaksin penyembuh, dan cara-cara dalam menekan daya penularan penyakit, serta siapa yang paling bertanggung jawab atas penyebarannya. Isu global pandemi Covid-19 kemudian menjadi wacana yang dinarasikan di sepanjang waktu melalui diplomasi dan ragam media massa/publik baru masa kini ke seluruh dunia. Tiongkok dan Amerika Serikat (AS) tampak sebagai negara terkemuka dalam adu narasi yang tercipta dari krisis Covid-19. Narasi-narasi kedua negara ini menurut Chang
CITATION STYLE
Bainus, A., & Rachman, J. B. (2020). Editorial: Kekuasaan Naratif (Narrative Power) dalam Hubungan Internasional. Intermestic: Journal of International Studies, 5(1), 1. https://doi.org/10.24198/intermestic.v5n1.1
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.