Tanaman sawit seperti halnya tanaman yang lain memiliki risiko terserang hama, yang dapat mengakibatkan kerugian bagi petani. Oleh karena itu, diperlukan suatu tindakan pengendalian hama. Pengendalian hama dapat dilakukan dengan penyemprotan pestisida. Akan tetapi diketahui juga bahwa penyemprotan pestisida tidak hanya berdampak positif tetapi juga bisa berdampak negatif jika tidak dilakukan secara tepat. Dalam hal ini perlu diketahui keputusan yang tepat dalam pengendalian hama. Sequential sampling dapat diterapkan pada kasus pengelolaan hama tanaman sawit. Pada sequential sampling, pengambilan sampel dilakukan secara bertahap sehingga memungkinkan penghematan biaya dalam pengambilan sampel untuk analisa pengambilan keputusan tindakan pengendalian yang perlu dilakukan. Penelitian ini menggunakan sequential sampling dengan dasar distribusi binomial negatif, untuk membentuk formula wilayah keputusan pengendalian hama ulat api. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampling dihentikan ketika banyaknya hama tanaman (݀ே) jatuh pada wilayah penolakan H0 dan wilayah penerimaan H0, untuk 0 ≤ ܰ ≤ ∞. Jatuhnya ݀ே pada wilayah penolakan mengindikasikan bahwa kualitas tanaman sawit tidak baik sehingga perlu dilakukan tindakan pengendalian hama dan jatuhnya ݀ே pada wilayah penerimaan mengindikasikan bahwa kualitas tanaman sawit baik sehingga tidak perlu dilakukan tindakan pengendalian hama. Sedangkan jatuhnya ݀ே diantara dua wilayah tersebut berarti bahwa belum bisa diambil keputusan, harus dilakukan pengambilan sampel tambahan
CITATION STYLE
Afriani, D. (2020). Pembentukan Wilayah Keputusan Pengendalian Hama Sawit Menggunakan Sampling Sekuensial. Kubik: Jurnal Publikasi Ilmiah Matematika, 4(2), 202–209. https://doi.org/10.15575/kubik.v4i2.6295
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.