The present study gives a comprehensive account of preception of angry speech act by Betawenese when they are ‘asked’ to do something by others. Based on the problem, this study aims to describe the expres- sive perception of Betawi people anger when they are 'asked' to do something by others in the form of speech. The data source is questionerre distributed to 30 people who live in Beji Depok district. This study applies descriptive method of qualitative approach. The result shows that forms of anger expressive speech act preception are (1) expressions ‘aduh’ or ‘waduh’, (2) the use of words or questions, (3) the expressions of refutation, (4) experssions of prohibition, and (5) swearing expressions.The social factors influencing expressions are (1) anger to the parents, (2) to the superiors, (3) to strangers, (4) to older people with higher economic status, (5) to older people with the same economic status, (6) to older people with lower economic status, (7) people of the same age with higher economic status, (8) to people of the same age with the same economic status, (9) to people the same age with lower economic status people, (10) to younger people with higher economic status, (11) to younger people with the same economic status, (12) to young- er people with lower economic status.Masalah yang diangkat dalam penelitian ini ialah persepsi tindak tutur ekspresif marah penu-tur suku Betawi ketika ‘diminta/disuruh’ melakukan sesuatu oleh orang lain. Berdasarkan ma- salah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi ekpresif marah masyarakat Betawi ketika mereka ‘diminta/disuruh’ melakukan sesuatu oleh orang lain dalam bentuk tuturan. Sumber data penelitian ini ialahdata kuesioner yang disebarkan kepada responden sebanyak tiga puluh orang . Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian persepsi tindak tutur ekspresif marah ini ialahpenggunaan ungkapan aduh atau waduh, (2)penggunaan kata atau ungkapan pertanyaan, (3) penggunaan ungkapan penolakan, (4) penggunaan ungkapan larangan, dan (5) penggunaan ungkapan umpatan. Faktor sosial yang berpengaruh dalam ekspresi marah ialah (1) marah kepada orang tua, (2) marah kepada atasan, (3) marah kepada orang yang tidak dikenal, (4) marah kepada orang yang lebih tua status ekonomi lebih tinggi, (5) marah kepada orang yang lebih tua status ekonomi sama, (6) marah kepada orang yang lebih tua status ekonomi lebih rendah, (7) tutur marah kepada orang yang sebaya status ekonomi lebih tinggi, (8) marah kepa- da orang yang sebaya status ekonomi sama, (9) marah kepada orang yang sebaya status ekonomi lebih rendah, (10) marah kepada orang yang lebih muda status ekonomi lebih tinggi, (11) marah kepada orang yang lebih muda status ekonomi sama, dan (12) marah kepada orang yang lebih muda status ekonomi lebih rendah.
CITATION STYLE
Astuti, W. D. (2018). PERSEPSI TINDAK TUTUR EKSPRESIF MARAH MASYARAKAT SUKU BETAWI DI KECAMATAN BEJI, DEPOK: KAJIAN SOSIO- PRAGMATIK. Widyaparwa, 46(1), 30–48. https://doi.org/10.26499/wdprw.v46i1.162
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.