Artikel ini bertujuan untuk mengkaji secara semantik dan pragmatik pada dua kata toponomi humli ‘dingin’ dan tabui ‘panas’ yang menjadi dasar pemaknaan kehidupan masyarakat Yali yang hidup di Pegunungan Tengah Papua bagian timur. Wilayah ini secara topografis merupakan wilayah yang bergunung-gunung dan curam dengan lembah yang sempit dan sungai-sungai yang besar serta tingkat kesulitan wilayah yang sangat tinggi. Dengan kondisi wilayah geografis yang demikian, masyarakat Yali memiliki pengetahuan mengenai kondisi topografi dan distribusi masyarakatnya pada wilayah topografis yang berbeda tersebut. Wilayah topografi yang dikenal oleh masyarakat Yali dinamakan humli dan tabui. Merujuk pada wilayah topografi, sufiks -mu/-mo/-ma, yang merupakan variasi alofonik, melekat pada kata, yaitu tabui-mu dan humli-mu untuk memberikan makna ‘tempat/lokasi,’ yang bermakna ‘tempat panas/hangat’ dan ‘tempat dingin/sejuk.’ Hubungan semantik, morfologi, dan sintaksis membuat kata dasar humli dan tabui memiliki aksesibilitas untuk mendapat imbuhan atau konstituen lain yang juga berkontribusi pada perluasan makna secara internal tetapi tidak mengubah kata dasar. Pada tataran pragmatik, makna kata humli dan tabui juga diperluas mengingat sistem tatanan hidup masyarakat Yali yang rumit dan abstrak. Dengan menggunakan konsep pragmatik common ground dan perangkat konteks, kedua kata ini dimaknai berdasarkan konteks penggunaannya yang bersumber dari faktor-faktor non-linguistik seperti pengetahuan geografis/topografis, botani, dan zoology, serta konsep manusia yang kemudian membentuk konsep ideologi dan religi.
CITATION STYLE
Sawaki, Y. W. (2023). Istilah Toponimi Tabui dan Humli pada Masyarakat Yali di Papua: Sebuah Kajian Semantik dan Pragmatik. Linguistik Indonesia, 41(2), 223–240. https://doi.org/10.26499/li.v41i2.450
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.