Diare merupakan kondisi dimana konsistensi feses lembek atau cair dan frekuensinya lebih dari 3 kali dalam sehari. Diare dapat menyebabkan dehidrasi dan bahkan kematian jika dehidrasi tidak segera ditangani. Penanganan diare non farmakologi salah satunya dengan menggunakan madu. Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui penurunan frekuensi BAB dan konsistensi feses setelah diberikan. Studi kasus ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan proses keperawatan. Subyek studi kasus berjumlah 3 balita yang menderita diare. Pemberian madu dilakukan 3 kali sehari sebanyak 5 cc setiap pemberian selama 5 hari berturut-turut. Penilaian konsistensi feses dan frekuensi BAB dilakukan setiap hari menggunakan skala feses Bristol. Hasil studi kasus menunjukkan bahwa frekuensi BAB pada ketiga responden awal sebelum menggunakan terapi madu adalah ≥3x/hari dan setelah pemberian terapi madu menjadi ≤3x/hari. Sedangkan konsistensi feses awal sebelum menggunakkan terapi madu adalah berbentuk cair (tipe 7) dan sesudah menggunakan terapi madu menjadi normal (tipe 3 dan 4). Kesimpulan dari studi kasus ini adalah madu bisa digunakan untuk mengatasi diare karena madu memiliki pH yang rendah dibuktikan dengan keasaman yang menghambat bakteri patogen dalam usus dan lambung. Madu dapat digunakan sebagai salah satu terapi komplementer dalam menangani diare karena madu tidak memiliki efek samping sehingga aman digunakan pada balita.
CITATION STYLE
Nur’aini, S. N., & Sulistyawati, E. (2022). Penurunan frekuensi buang air besar dan konsistensi feses dengan menggunakan madu. Holistic Nursing Care Approach, 2(1), 11. https://doi.org/10.26714/hnca.v2i1.8627
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.