Yogyakarta is endowed by rich natural and cultural-based tourism attractions. It significantly contributes to the revenue of regional owned-revenue in Yogyakarta. The purpose of this study is to calculate the level of efficiency and to identify the sources of inefficiency of regional owned-revenue from the tourism sub sector of five citiy/municipalities in Yogyakarta. The method used in this study is the Data Envelopment Analisys (DEA). The input variables are the number of tourists, the number of hotels, the number of tourism and travel agencies, the number of restaurants, and as well as the number of availability of supporting tourism facilities. These five input variables are combined by the output variable which is regional-owned revenue of tourism sub sector. The efficiency result shows that two regions, city of Yogyakarta and Sleman, have already reached efficiency. In contrast, the revenue from tourism sub sector of Kulon Progo has not been efficient yet.The source of efficiency is dominated by the number of tourism and travel agencies, while the main source of inefficiency comes from the lack of tourism supporting facilites. Besarnya kekayaan pariwisata yang dimiliki oleh Yogyakarta memberikan nilai pikat dan daya tarik wisatawan asing maupun lokal untuk dikunjungi. Hal tersebut memberi kontribusi pada Pendapatan Aset Daerah di Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah menghitung tingkat efisiensi dan sumber-sumber efisiensi penerimaan Pendapatan Aset Daerah (PAD) sub sektor pariwisata di lima wilayah kota dan kabupaten di Yogyakarta.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Data Envelopment Analisys (DEA). Variabel input adalah jumlah wisatawan, jumlah hotel, jumlah usaha perjalanan wisata, jumlah rumah makan dan restaurant, serta jumlah sarana pendukung yang tersedia. Kelima variabel input dikombinasikan dengan variabel output PAD. Dari 5 Kabupaten/Kota di DIY terdapat 2 daerah yang mencapai nilai efisiensi yaitu Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, sedangkan Kabupaten Bantul, Kulonprogo dan Gunung Kidul belum mencapai nilai efisiensi (inefisiensi). Nilai efisiensi tersebut didominasi oleh variabel input jumlah jasa perjalanan wisata sedangkan jumlah sarana pendukung menjadi sumber inefisiensi penerimaan PAD sub sektor pariwisata.
CITATION STYLE
Sari Anastasia, F., & Priyo Santoso, R. (2015). EFISIENSI PENERIMAAN PENDAPATAN ASET DAERAH (PAD) SUB SEKTOR PARIWISATA KABUPATEN/KOTA DI YOGYAKARTA 2008-2012. Jurnal Organisasi Dan Manajemen, 11(2), 118–126. https://doi.org/10.33830/jom.v11i2.171.2015
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.