Dalam sejarah perkembangan seni rupa Indonesia setelah kemerdekaan, pemberian penghargaan yang bersifat nasional dipelopori oleh Dewan Kesenian Jakarta melaui Pameran Besar Seni Lukis Indonesia (PBSLI) pada 1974. PBSLI memberikan penghargaan pada karya terbaik melalui mekanisme penjurian. Dinamika yang terjadi pasca pemberian penghargaan tersebut menimbulkan persepsi dan opini yang berbeda mengenai bagaimana karya seni yang baik kala itu. Kajian ini akan melihat dampak pemberian penghargaan PBSLI, kemudian berganti nama menjadi Biennale Jakarta pada 1982, dari sisi mekanisme pemilihan seniman, penjurian, situasi sosial, dan opini yang berkembang di dunia seni rupa Indonesia periode 1974-1989. Kajian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan sejarah. Pengumpulan data melalui penelusuran arsip dan wawancara. Dengan pendekatan teori Medan Artistik Bourdieu, kajian ini menemukan bahwa melalui pemberian penghargaan ini, seniman mendapatkan modal simbolik dari suatu penyelenggaraan kompetisi yang menjadi pembeda dan penentu selera zaman.
CITATION STYLE
Atmadiredja, G., & Adriati, I. (2020). Pemberian Penghargaan Dalam Pameran Besar Seni Lukis Indonesia dan Biennale Jakarta 1974-1989. Mudra Jurnal Seni Budaya, 35(1), 7–14. https://doi.org/10.31091/mudra.v35i1.692
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.