ABSTRACT. The heightened demand for domestic beef has emerged in response to an expanding populace and heightened public interest in meat consumption. The principal objective of this investigation was to assess cardiac activity, as inferred from heart rate data, through the application of rigorous statistical methodologies and meticulous sampling techniques. The study comprised 70 Bali cattle sourced from the Samarinda Slaughterhouse (RPH), with statistical analysis facilitated by the utilization of the Z Test. Examination of the heart rate data indicated a notable degree of variability. Upon conducting the Z Test, a statistically significant finding was ascertained with p0.05, signifying the acceptance of H1. This, in turn, signified that the heart rate data exhibited an elevation in stress levels. Conversely, H0 was categorically refuted, implying an absence of heightened heart rate between the enclosure environment and the site of slaughter. Further observations centered on urination and defecation within the sample, yielding an average incidence of 11.425% amongst the 70 Bali cattle, serving as an indicator of stress or discomfort. The evaluation of stress levels in cattle within the Tanah Merah Samarinda Animal Slaughterhouse, situated in East Kalimantan, corroborated a significant surge in stress during the transition of cattle from the enclosure zone to the slaughter and dispersal area. This phenomenon is attributed to the deficiency in knowledge among stockpersons concerning optimal livestock handling and the principles of animal welfare. (Pengukuran tingkat stres pada sapi pra dan pasca penyembelihan di rumah potong hewan Tanah Merah Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia) ABSTRAK. Permintaan yang meningkat untuk daging sapi dalam negeri muncul sebagai respons terhadap pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dan minat publik yang tinggi dalam konsumsi daging. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menilai aktivitas jantung, seperti yang disimpulkan dari data denyut jantung, melalui penerapan metodologi statistik yang ketat dan teknik pengambilan sampel yang cermat. Penelitian ini melibatkan 70 ekor sapi Bali yang diperoleh dari Rumah Potong Hewan (RPH) Samarinda, dengan analisis statistik dilakukan dengan menggunakan Uji Z. Pemeriksaan data denyut jantung mengindikasikan tingkat variasi yang signifikan. Setelah melakukan Uji Z, temuan yang signifikan secara statistik ditemukan dengan p0,05, menunjukkan penerimaan H1. Ini, pada gilirannya, menunjukkan bahwa data denyut jantung menunjukkan peningkatan tingkat stres. Sebaliknya, H0 secara tegas ditolak, mengimplikasikan ketiadaan peningkatan denyut jantung antara lingkungan kandang dan lokasi pemotongan. Pengamatan lebih lanjut terkait dengan buang air kecil dan buang air besar dalam sampel menghasilkan insiden rata-rata sebesar 11,425% dari 70 ekor sapi Bali, yang berfungsi sebagai indikator stres atau ketidaknyamanan. Evaluasi tingkat stres pada sapi di Rumah Potong Hewan Tanah Merah Samarinda, yang terletak di Kalimantan Timur, mengkonfirmasi peningkatan signifikan dalam stres selama proses pemindahan sapi dari zona kandang ke area pemotongan dan penyebaran. Fenomena ini dikaitkan dengan kurangnya pengetahuan di antara peternak tentang penanganan ternak yang optimal dan prinsip kesejahteraan hewan.
CITATION STYLE
Wibowo, A., Suhardi, S., Fanani, A. F., Wanniatie, V., & Hanum, Z. (2023). Measurement of Stress Levels in Pre- and Post-Slaughter Cattle at Tanah Merah Slaughterhouse Samarinda, East Kalimantan Province, Indonesia. Jurnal Agripet, 23(2), 205–213. https://doi.org/10.17969/agripet.v23i2.31183
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.