Hubungan erat manusia dengan alam, bukanlah hanya sekedar hubungan biasa. Manusia adalah mikrokosmos dan alam semesta ini adalah makrokosmos. Jika makrokosmos terganggu kelestariannya maka akan berdampak signifikan bagi kelangsungan mikrokosmos pada diri manusia. Sikap setiap manusia terhadap lingkungannya tentunya menjadi bervariasi karena karakter dan kepentingan yang berbeda. Ada manusia yang merasa berkuasa penuh atas planet bumi ini sehingga ia menaklukkan lingkungan dengan membabat hutan, menambang mineral-mineral kekayaan bumi, menebang pohon di hutan, mengarungi lautan dan memanfaatkan energi sumber daya alam yang ada untuk kehidupan. Kesadaran ekologis perlu ditanamkan sejak dini. Anak-anak harus tahu apa yang akan diperbuat mereka terhadap sekelilingnya. Pendidikan karakter ekologis sejatinya menjadikan siswa/ generasi muda Hindu yang cerdas dan bermartabat. Cerdas karena senantiasa diajarkan tentang lingkungan dan upaya melestarikannya. Bermartabat, karena manusia yang berkarakter ekologis berpandangan jauh kedepan, kearah nasib generasi setelahnya, yang juga berhak mendapat warisan alam yang baik, yang dapat membuat mereka hidup wajar, seperti generasi sebelumnya. Generasi muda yang berkarakter ekologis akan senantiasa memperjuangkan nasib sesamanya, manusia yang ada di sekelilingnya. Selain dipahami oleh siswa, Tri Hita Karana sebagai landasan filosofis dibalik pendidikan karakter ekologis harus pula dipahami dan dipraktekkan secara terintegrasi oleh orang tua dan para guru dengan mengembangkan suasana positif di sekolah dan di rumah, serta memberikan motivasi kepada anak-anaknya untuk mencintai lingkungan.
CITATION STYLE
Aryatnaya Giri, I. P. A., Ardini, N. L., & Kertiani, N. W. (2021). Tri Hita Karana sebagai Landasan Filosofis Pendidikan Karakter Ekologis. Sanjiwani: Jurnal Filsafat, 12(2), 149. https://doi.org/10.25078/sjf.v12i2.2697
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.