Latar Belakang: AKI di Indonesia kebanyakan disebabkan oleh perdarahan, salah satu penyebab perdarahan yaitu Laserasi perineum. Untuk mengurangi drajat laserasi perineum, sebaiknya perineum tidak terlalu cepat dan juga tidak terlalu lambat dilalui oleh kepala janin. Batuk provokasi pada fase ekspulsi janin merupakan perbuatan untuk membangkitkan suatu rangkaian reflek batuk yang akan menyebabkan kontraksi otot rangka. Kontraksi ini akan menyebabkan tekanan intra abdominal dan tekanan intra torakal meningkat yang berakibat terjadinya desakan pada janin sehingga akan terjadi ekspulsi janin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah batuk provokatif mampu mengurangi derajat laserasi perineum. Metode: Penelitian dilakukan dengan cara Quasi eksperimental designs, Subjek penelitian adalah parturient yang melahirkan di BPM Nor Asiyah, yang memenuhi kriteria tertentu seperti usia kehamilan matur, pasien dapat dikondisikan untuk batuk provokatif, bidan mengetahui saat pembukaan lengkap, Berat bayi Normal. Usia ibu tidak termasuk resiko tinggi, lama mengejan tidak melebihi 60 menit untuk multi dan tidak lebih dari 120 menit untuk primi. Responden sebanyak 40, di bagi menjadi 2 kelompok, Pengambilan sampel dilakukan dengan cara quota sampling. Analisis data dilakukan dengan uji Mann-Whitney. Hasil: Berdasarkan hasil uji statistik untuk laserasi perineum pada kedua kelompok diperoleh nilai p value 0,419 (p>0,05). Kesimpulan: Tidak ada pengaruh yang bermakna antara batuk provokatif pada fase ekspulsi janin terhadap kejadian laserasi perineum.
CITATION STYLE
Asiyah, N., Islami, I., & Nasriyah, N. (2021). PENGARUH BATUK PROVOKASI PADA FASE EKSPULSI JANIN TERHADAP KEJADIAN LASERASI PERINEUM. Indonesia Jurnal Kebidanan, 4(2), 27. https://doi.org/10.26751/ijb.v4i2.1011
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.