Kajian terhadap an nafs adalah kajian yang tetap menarik. Penafsiran tentang kedudukan dan fungsi an nafs cukup variatif sesuai dengan perspektif serta latar belakang mereka yang konsern atas hal itu. Semantara itu pada sisi lain pemahaman tentang an nafs dimaksud cukup penting, selaras dengan keberadaannya pada diri setiap orang. Tulisan ini berusaha menggali pemikiran Al-Kindi, salah seorang tokoh penting dan terkemuka dalam filsafat Islam. Pemikiran beliau tentang an nafs akan dilihat dari perspektif filsafat agama. Melalui penelusuran dalam penelitian kepustakaan dengan pendekatan kualitatif ditemukan bahwa Al-Kindi adalah filsuf Islam berkebangsaan Arab pertama yang berhasil mengintegrasikan antara filsafat dan agama. Baginya filsafat adalah usaha manusia secara sistematis untuk mengetahui kebenaran, sedangkan agama adalah sumber dari kebenaran itu sendiri. Karena itu wahyu tidak bertentangan dengan filsafat. Kedudukan jiwa bagi tubuh adalah sebagai pemberi hidup, sedangkan tubuh adalah tumpangan. Jiwa dan tubuh, dengan demikian, adalah dua unsur yang saling melengkapi. Jiwa adalah kesempurnaan pertama bagi jism organic, yang dengannya jisim memiliki kehidupan secara potensial. Jiwa memberi kehidupan bagi tubuh, tanpa jiwa maka tubuh tidak dapat merasakan apa-apa, dan bahkan tubuh akan musnah dengan sendirinya.
CITATION STYLE
Kamaluddin, K. (2021). AL-Kindi: Filsafat Agama dan An-Nafs. Aqlania, 12(1), 95. https://doi.org/10.32678/aqlania.v12i1.4392
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.