Sosial media merupakan sebuah ruang virtual publik yang menjadi semakin populer pada era digital ini, digunakan warganet (sebutan untuk pengguna sosial media) dalam membuat gerakan sosial berupa dukungan hingga perlawanan terhadap sebuah individu maupun organisasi tertentu. Gerakan sosial berupa penarikan dukungan atau perlawanan terhadap sebuah individu maupun organisasi lebih dikenal dengan istilah cancel culture. Penelitian ini bertujuan mengkaji bagaimana fenomena cancel culture bekerja dalam konteks kasus tokoh publik viral yang terjadi di sosial media khususnya instagram dan twitter. Metodologi penelitian yang digunakan adalah kualitatif melalui studi kasus dengan paradigma konstruktivis. Bagaimana warganet melalukan gerakan cancel culture dalam kedua kasus ini dapat dijelaskan melalui teori disonansi kognitif dan teori keseimbangan. Polarisasi warganet terjadi sebagai respon kasus tersebut. Namun, kedua belah pihak sama-sama mengurangi disonansi yang terjadi dan menjaga keseimbangan dalam diri merekadengan berbagai upaya. Beberapa dari mereka memilih untuk mengubah sikapnya (change action), ada yang mengubah apa yang diyakininya (change belief), dan ada juga yang menganggapnya sebagai sesuatu yang biasa saja (change action perception).
CITATION STYLE
Utami, A. D. (2022). Fenomena Cancel Culture dalam Perspektif Konstruksi Disonansi Kognitif dan Keseimbangan Warganet di Sosial Media. DESKOVI : Art and Design Journal, 5(1), 52. https://doi.org/10.51804/deskovi.v5i1.1610
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.