Hijrah Milenial: Antara Kesalehan dan Populism

  • Annisa F
N/ACitations
Citations of this article
237Readers
Mendeley users who have this article in their library.

Abstract

Publik Islam yang pada rezim sebelumnya dikontrol dalam ruang keagamaan formal agar mudah dikendalikan oleh negara, pada era Reformasi mulai menyebar pada kepemimpinan organisasi masyarakat dan politik praktis. Hadirnya berbagai partai politik yang menggunakan Islam sebagai basis dan simbol politik menjadi petanda “kebangkitan” Islam dalam ruang demokrasi. Apabila dihubungkan dengan tumbuhnya media sosial dan jaringan internet di Indonesia, micro celebritiesmenjadi komponen penting menghadirkan identitas Islam dalam budaya populer. Dengan menarik pengikut di media sosial Instagram, para micro-celebritiesMuslim, dapat berpotensi membentuk "Publik Islam" mereka sendiri. Dengan mengelola wacana kesalehan melalui performativitas tubuh yang di unggah secara terus menerus di media sosial, publik Islam dapat terbentuk dengan berbagai tujuan seperti menggaet popularitas yang berujung pada keuntungan ekonomi dan popularitas. Penyebaran otoritas pengetahuan semakin terjadi dalam segmen-segmen kecil, yang justru sulit dikontrol dan justru dapat menjadi embrio radikalisme, fanatisme dan intoleransi karena hanya menghadirkan hitam putih agama yang sekali lagi miskin argumentasi dan kontemplasi.

Cite

CITATION STYLE

APA

Annisa, F. (2018). Hijrah Milenial: Antara Kesalehan dan Populism. MAARIF, 13(1), 38–54. https://doi.org/10.47651/mrf.v13i1.11

Register to see more suggestions

Mendeley helps you to discover research relevant for your work.

Already have an account?

Save time finding and organizing research with Mendeley

Sign up for free