Persoalan gagal tumbuh pada anak (stunting) masih menjadi tantangan dalam pembangunan sumber daya manusia di Indonesia. Tahun 2020, angka kejadian stunting pada balita di Indonesia masih cukup tinggi, yakni 27,67 persen. Kasus stunting ini perlu mendapatkan perhatian, sebab stunting dapat berdampak pada kelainan tumbuh kembang anak secara irreversible (tidak dapat diubah), terganggunya fungsi kognitif, motorik, serta proses metabolisme, bahkan dapat menurunkan konsentrasi belajar. Pemerintah menargetkan penurunan angka stunting hingga 14 persen pada 2024. Untuk mempercepat penurunan stunting, Puskesmas dan Posyandu mempunyai peran penting dalam memantau pertumbuhan balita. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan kader posyandu dalam deteksi dini stunting pada balita. Metode pelaksanaan kegiatan yaitu menjelaskan solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan mitra, melalui tahap persiapan dan koordinasi, pelaksanaan sosialisasi, simulasi dan evaluasi cara pengukuran tinggi badan balita. Para kader posyandu antusias mengikuti pelatihan deteksi dini stunting sebagai sarana peningkatan pengetahuan dan ketrampilan terkait cara pengukuran tinggi badan balita secara benar dan tepat, serta mampu menganalisis hasil pengukuran dan mengkategorikan balita stunting atau tidak stunting. Diharapkan kader posyandu dapat mengedukasi orangtua balita di wilayah Kutu Kembangan untuk rutin mengikuti posyandu guna memantau tumbuh kembang balita.
CITATION STYLE
Dwihestie, L. K., & Hidayati, R. W. (2021). Pemberdayaan Kader Dalam Upaya Deteksi Dini Stunting di Kutu Kembangan Sidomulyo Bambanglipuro Bantul. JURNAL INOVASI ABDIMAS KEBIDANAN (JIAK), 1(2). https://doi.org/10.32536/jiak.v1i2.174
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.