Orang Suku Laut merupakan kelompok penjaga laut yang sudah mendiami daerah perairan Kepualauan Riau semenjak kesultanan Johor-Lingga. Minimnya literasi yang mumpuni mengenai asal usul orang suku laut dalam perlindungan sejarah, wilayah adat, dan benda peninggalan membuat eksistensi mengenai Orang Suku Laut tidak muncul ke permukaan pada abad 20 ini. Menurut kepercayaan orang suku laut dunia ruh disana tempat tinggal para hantu, mambang dan peri, identik dengan tempat-tempat tertentu. Hampir semua orang Laut yakin bahwa ruh Datuk Kemuning dan isterinya, yaitu saka (leluhur) datuk-moyang orang Laut, bersemayam di Gunung Daik (Lingga). Gereja Katolik sejak awal telah berusaha untuk menunjukan sikap toleransi demgan umat beragama lain. Hal itu nampak secara nyata dalam deklarasi “Nostra Aetate”, sebuah dokumen Gereja yang dikeluarkan oleh Konsili Vatikan II yang berbicara khusus tentang hubungan Gereja dengan agama-agama lain. Gereja menyadari bahwa ia tidak bereksistensi sendiri di dunia ini. Itulah sebabnya Gereja membuka diri untuk mau berdialog dengan agama lain.
CITATION STYLE
Rudi, W., & Hatmoko, T. L. (2022). Agama Kepercayaan Asli Suku Laut di Kepulauan Riau dengan Pandangan Dokumen Gereja Nostra Aetate. In Theos : Jurnal Pendidikan Dan Theologi, 2(2), 49–53. https://doi.org/10.56393/intheos.v2i2.1224
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.