Estimasi nilai debit banjir rencana untuk perencanaan bangunan air, idealnya ditentukan berdasarkan analisis frekuensi menggunakan data debit terukur. Namun keberadaan data debit terukur seringkali tidak tersedia atau kalaupun ada terbatas. Sehingga diperlukan teknik untuk mendapatkan nilai banjir rancangan dari data hujan melalui metode Hidrograf Satuan Sintetik (HSS). Penelitian ini menguji kesesuaian tiga metode HSS (Nakayasu, Limantara dan ITB2) dalam menghasilkan debit banjir rancangan dan membandingkannya dengan debit rancangan dari debit terukur pada DAS yang berbentuk memanjang, yaitu DAS Sidutan dan DAS Reak. Nilai utama yang dibandingkan yaitu debit puncak, waktu mencapai puncak, dan waktu dasar dari HSS terhadap nilai dari HSO. Hasil yang diperoleh bahwa DAS Sidutan dan DAS Reak sama-sama berbentuk memanjang, memiliki panjang sungai utama yang hampir sama namun luas DAS Sidutan lebih besar dari DAS Reak. Hasil penurunan HSO rerata kedua DAS menunjukkan bahwa Qp dan Tb DAS Sidutan lebih besar dari DAS Reak, namun waktu mencapai puncak hidrograf (Tp) dicapai dalam waktu yang hampir sama. Metode HSS yang menghasilkan hidrograf satuan paling mendekati HSO berturut-turut adalah HSS Nakayasu, lalu ITB2 dan kemudian Limantara.
CITATION STYLE
Humairo Saidah, Agustono Setiawan, Lilik Hanifah, Agus Suroso, & Anid Supriyadi. (2022). UNJUK KERJA HIDROGRAF SATUAN SINTETIK NAKAYASU, ITB 2 DAN LIMANTARA UNTUK DAERAH ALIRAN SUNGAI BERBENTUK MEMANJANG. PADURAKSA: Jurnal Teknik Sipil Universitas Warmadewa, 11(2), 157–165. https://doi.org/10.22225/pd.11.2.5013.157-165
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.