Sebagian besar petani di daerah Karanggayam, masih melakukan proses pemotongan daun tembakau dengan cara manual. Cara manual ini, selain menimbulkan masalah secara ergonomis bagi operatornya, juga menghasilkan produktivitas yang relatif rendah karena untuk memotong 500 Kg daun tembakau basah bisa memakan waktu 8 jam. Dengan berjalannya waktu proses pemotongan dilakukan dengan mesin pemotong tembakau namun hasilnya tidak sesuai keinginan, karena hasil potongannya yang di inginkan yaitu kurangdari atau 1 mm, sedangkan hasil potongan mesin saat ini yaitu lebih dari 2 mm. Oleh karena itu petai kembali lagi ke cara manual untuk proses pemotongannya. Dengan permasalahan yang ditimbulkan maka perlu dilakukan usulan perbaikan dengan mengembangkan dan melakukan perancangan ulang terhadap alat yang sudah ada dengan melakukan beberapa improvement terhadap alat tersebut agar jumlah produksi dapat maksimal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Quality Function Deployment. Hasil rata-rata perbandingan alat pembanding dan alat usulan menunjukkan bahwa nilai rata-rata persentase alat pembanding sebesar 78,44 % dan nilai rata-rata persentase alat usulan sebesar 90,83%. Sehingga alat usulan dapat dikatakan lebih unggul dibandingkan alat pembanding. Akhir dari perancangan menyatakan bahwa desain alat dibuat menjadi semi otomatis, ukuran ptongan kurang dari 1mm, dan mempercepet proses. Berdasarkan perbandingan kapasitas, alat rancangan memiliki efisien waktu sampai 20% di banding alat manual.
CITATION STYLE
Puji Priyono, & Yuamita, F. (2022). Pengembangan Dan Perancangan Alat Pemotong Daun Tembakau Menggunakan Metode Quality Function Deployment (QFD). Jurnal Teknologi Dan Manajemen Industri Terapan, 1(3), 137–144. https://doi.org/10.55826/tmit.v1iiii.45
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.