Abstract
Lebah madu telah di kenal oleh manusia sejak beberapa ribu tahun yang lalu. Kebutuhan madu di Indonesia mencapai 3.600 – 4.000 ton per tahun, sedangkan produksi madu ditanah air hanya 1000 – 1.500 ton per tahun. Artinya Indonesia masih mengimpor 70% madu untuk kebutuhan dalam negeri. Sebagian besar produksi madu Indonesia berasal dari alam (hutan), yang artinya usaha perlebahan di Indonesia masih tergantung dari hasil alam (hutan). Madu adalah obat segala obat yang ada di dunia dan hal itu tidak bisa dipungkiri lagi. Madu dapat dikonsumsi oleh segala usia, dari janin hingga orang tua. Madu hutan dari Apis dorsata mempunyai kandungan antioksidan yang lebih tinggi daripada madu lebah ternak yang baik bagi pencernaan, memperbaiki nafsu makan, sebagai sumber energi dan gizi, serta pencegahan dan penyembuhan penyakit. Beberapa daerah yang telah mengelola madu hutan antara lain: Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, NTT dan NTB. Di Kalimantan Timur sendiri produksi madu hutan belum semua dikelola dengan baik, padahal potensi madu hutan cukup besar. Hal ini didukung oleh masih banyaknya pohon inang (Koompassia excelsa) yang tersebar hampir diseluruh wilayah Kalimantan Timur. Rusaknya hutan mengakibatkan rusaknya habitat bagi lebah madu untuk bersarang dan menghasilkan madu. Tindakan konservasi „setengah hati‟ yang selama ini dipraktekkan terhadap bangeris dimungkinkan karena belum komprehensifnya informasi pentingnya vegetasi pada habitat bangeris. Dalam prinsip ekologi, konservasi habitat berarti mengonservasi hutan beserta isinya. Vegetasi penyusun habitat merupakan satu ekosistem yang tidak dapat dipisahkan. Vegetasi dominan pada habitat bangeris yaitu Baccaurea sp., Artocarpus sp., Litsea sp. dan Syzygium sp. Nilai ekonomi madu hutan dari 1 pohon/tahun dapat mencapai Rp 30.000.000,- dan dapat menghasilkan sampai puluhan tahun. Itu artinya nilai pohon bangeris berdiri berharga daripada nilai kayunya. Manfaat pengembangan madu terhadap manusia dan konservasi dapat dirasakan oleh masyarakat sebagai sumber mata pencaharian dan secara umum sebagai produk perekonomian. Bagi flora sebagai agen penyerbuk yang menunjang bagi perkembangbiakan berbagai jenis tumbuhan. Bagi lingkungan dan konservasi adanya kearifan masyarakat kondisi hutan dapat terjaga dari perambahan dan kebakaran, selain penjagaan masyarakat juga melakukan pembinaan habitat serta reboisasi dan rehabilitasi dengan jenis pohon yang menjadi pakan lebah.
Author supplied keywords
Cite
CITATION STYLE
Muslim, T. (2014). Potensi Madu Hutan sebagai Obat dan Pengelolaannya di Indonesia. Tumbuhan Obat Dari Hutan : Konservasi, Budidaya Dan Pemanfaatan, (January), 67–82. Retrieved from http://balitek-ksda.or.id/wp-content/uploads/2018/08/10-Prosiding-Seminar-Tumbuhan-Obat-dari-Hutan.pdf
Register to see more suggestions
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.