Pekalongan is one of the batik cities in Central Java, many batik SMEs thrive in Pekalongan. Batik SMEs indicated a cause of environmental pollution that occurred in the city of Pekalongan. Pollution caused by the use of chemicals in the dyeing process. This study aims to measure the eco-costs and eco-efficiency rate of batik products, as well as looking for suggestions on improving eco-efficiency. Eco-efficiency rate is measured by using LCA (Life Cycle Assess-ment) doped with SimaPro software. This method is used to evaluate the environmental impacts arising from the use of the constituent materials. The results of the data processing show that the value of eco-costs for chemical dye batik is Rp 188,028.32, with eco-efficiency rate is 68.74%. Batik industries are not sustainable and affordable. Economizing of the resourcing and applying cleaner production can be accomplished to enhance the eco-efficiency rate. Cleaner production can be achieved using natural dyes and implement End of Life strategies. Pendahuluan Eko efisiensi merupakan strategi yang menggabung-kan konsep efisiensi ekonomi berdasarkan prinsip efisiensi penggunaan sumber daya alam. Eko efisi-ensi menurut Kamus Lingkungan Hidup dan Ke-menterian Lingkungan Hidup Republik Indonesia didefinisikan sebagai suatu konsep efisiensi yang memasukkan aspek sumber daya alam dan energi atau suatu proses produksi yang meminimumkan penggunaan bahan baku, air, energi serta dampak lingkungan per unit produk. Eko-efisiensi dapat di-artikan sebagai suatu strategi yang menghasilkan suatu produk dengan kinerja yang lebih baik, dengan menggunakan sedikit energi dan sumber daya alam. Dalam bisnis, eko efisiensi dapat dikata-kan sebagai strategi bisnis yang mempunyai nilai lebih karena sedikit menggunakan sumber daya alam serta mengurangi jumlah limbah dan pen-cemaran lingkungan. Tujuan eko-efisiensi adalah untuk mengurangi dam-pak lingkungan per unit yang diproduksi dan dikon-sumsi. Bisnis dapat mencapai keuntungan karena mempunyai daya saing dengan cara mengurangi sumber daya yang diperlukan bagi terbentuknya produk serta pelayanan yang lebih baik. Konsep eko-efisiensi pertama kali diperkenalkan pada tahun 1992 oleh World Business Council for Sustain-able Development (WBCSD). WBCSD telah meng-identifikasi adanya tujuh faktor kunci dalam eko-efi-siensi yaitu: mengurangi jumlah penggunaan bahan,
CITATION STYLE
Sari, D. P., Hartini, S., Rinawati, D. I., & Wicaksono, T. S. (2011). Pengukuran Tingkat Eko-efisiensi Menggunakan Life Cycle Assessment untuk Menciptakan Sustainable Production di Usaha Kecil Menengah Batik. Jurnal Teknik Industri, 14(2). https://doi.org/10.9744/jti.14.2.137-144
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.